Desa Wonosoco di Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, dikenal sebagai desa wisata dengan potensi alamnya. Namun, perkembangan desa ini sempat berjalan stagnan akibat tantangan alam berupa banjir bandang. Berbagai upaya dilakukan hingga akhirnya Desa Wonosoco menemukan titik terang lewat Pasar Sarwono, pasar unik yang menggabungkan kearifan lokal dengan keindahan alam di bawah rindangnya hutan jati.
Setiyo Budi, Kepala Desa Wonosoco, menjelasakan gebrakan besar dimulai dengan memanfaatkan area hutan jati bernama Alas Jati Sewu. Awalnya, lokasi itu hanya dikenal sebagai tempat berfoto dan bersantai.
Namun, ide kreatif dari berbagai diskusi melahirkan konsep Pasar Sarwono, sebuah pasar tradisional bernuansa alam. Nama Sarwono merupakan akronim dari sar singkatan dari pasar, dan wono yang berarti hutan.
Baca juga: Gula Tumbu Kandangmas, Kudus, Telah Ada Sebelum Era Kolonial (1)
Pasar Sarwono resmi dibuka pada Minggu Legi, Desember 2022. Awalnya, pedagang menggunakan meja kecil dan pengunjung duduk lesehan. Kini, seiring meningkatnya pengunjung, fasilitas pasar telah diperbarui dengan lapak permanen yang lebih nyaman.
“Kami mendirikan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) pada 2017, tapi saat itu belum ada aktivitas signifikan. Akhirnya di tahun 2020, kami mulai mengarahkan BUMDes untuk fokus mengelola pariwisata, persampahan, internet, hingga persewaan alat pembangunan. Dan 2022 baru muncul Pasar Sarwono,” ujar pria yang akrab disapa Budi itu.
Salah satu daya tarik Pasar Sarwono adalah sistem transaksinya yang menggunakan koin khusus seharga Rp2.000 per keping. Koin tersebut dibuat untuk memberikan kesan unik bagi para pengunjung.
“Kalau koin ini memang sengaja kami buat untuk memberikan kesan unik. Jika koin tidak habis digunakan, bisa ditukar kembali dengan uang tunai,” jelasnya saat ditemui beberapa waktu lalu.
