BETANEWS.ID, KUDUS – Sebuah rumah makan bernuansa hijau dan rindang berdiri dengan dekorasi tanaman dilengkapi bunga-bunga tampak di sebuah bangunan sederhana di pinggir jalan Desa Tumpangkrasak, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Lahan parkirnya dipenuhi motor yang tertata rapi, sementara para karyawan yang mengenakan seragam biru dongker dan abu-abu sibuk melayani pembeli.
Rumah makan itu adalah Selat Solo Mami, tempat kuliner khas Solo yang kini menjadi salah satu primadona di Kudus. Dengan adanya rumah makan tersebut, kini warga Kudus tak perlu jauh-jauh ke Solo untuk mencicipi kelezatan Selat Solo.
“Waktu itu, owner kami sering ke Solo dan melihat peluang di Kudus. Belum ada yang menjual Selat Solo di sini, jadi tercetuslah ide membuka rumah makan dengan masakan khas Solo ini,” ujar Dhentya, pengelola rumah makan Selat Solo Mami.
Baca juga: Mie Dadat Karnan yang Legendaris di Jekulo Ini Wajib Kamu Coba
Dhentya juga menjelaskan, menu andalan di Selat Solo Mami adalah Selat Solo yang disajikan dengan isian lengkap, seperti telur bacem, daging sapi cincang berbentuk bulat menyerupai bakso, serta sayuran segar berupa wortel, buncis, dan kentang. Kuahnya, yang menjadi ciri khas, memiliki rasa manis, asam, dan gurih, hasil perpaduan kaldu daging dan bumbu rempah-rempah.
“Kuahnya memang menjadi daya tarik utama. Rasanya manis, asam, dan gurih, benar-benar otentik seperti Selat Solo asli,” katanya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Selain Selat Solo, rumah makan itu juga menawarkan varian seperti Mie Selat dan menu pelengkap lainnya. Di rumah makan tersebut juga menawarkan beragam minuman hangat dan dingin yang cocok untuk segala suasana.
Rumah makan Selat Solo Mami buka setiap hari mulai pukul 8.30 WIB hingga 17.00 WIB, kecuali Minggu dan tanggal merah. Dalam delapan tahun perjalanannya, rumah makan ini telah berkembang hingga memiliki tiga cabang, yaitu di Kudus, Jepara, dan Pati.
Baca juga: Sego Godong Jati di Rendeng Kudus Ini Harganya Cuma Rp5 Ribu
“Kalau pelanggan yang datang ke sini, ya, dari berbagai daerah. Selain dari Kudus sendiri banyak juga dari luar kota,” bebernya.
Namun, perjalanan Selat Solo Mami bukan tanpa tantangan. Salah satu kendala utama adalah proses penyajian yang memakan waktu cukup lama, terutama saat jumlah pesanan melonjak. Untuk mengatasinya, Dhentya dan tim melakukan inovasi dengan memisahkan tempat untuk pemesanan dan tempat packing.
“Proses penyajian awalnya cukup lama, jadi kami coba pisahkan tempat untuk packing dan pemesanan agar lebih efisien,” jelas Dhentya.
Tantangan lain datang dari lokasi rumah makan yang berada di area kampung, yang sempat menimbulkan keluhan dari warga sekitar terkait parkir kendaraan pelanggan. Namun, Dhentya segera merespons dengan menyediakan lahan parkir khusus, sehingga lalu lintas di desa tetap lancar dan tidak mengganggu kenyamanan warga sekitar.
“Dulu masalah parkir jadi tantangan besar karena lokasinya di kampung. Akhirnya kami buat lahan parkir supaya tidak ada hambatan bagi warga,” tambahnya.
Penulis: Arum Tri Handayani, Mahasiswa Magang PBSI UMK
Editor: Ahmad Rosyidi