BETANEWS.ID, PATI – Kuliner jadul ternyata masih banyak digemari masyarakat. Salah satunya yaitu sego jagung atau nasi jagung dengan lauk ala zaman dahulu.
Seperti halnya di lapak kuliner yang berada di pinggir jalan timur Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati. Salah satu lapak yang menyajikan kuliner nasi jagung tampak ramai pembeli setiap harinya.
Lapak yang setiap harinya mulai buka sejak pukul 06.00 WIB ini, selalu ramai diburu pembeli. Nasi jagung dengan alas daun jati serta aneka lauk khas, mulai dari oseng daun pepaya, oseng jantung pisang, orak-arik, oseng kembang pepaya, hingga tempe ini menjadi menu yang mendapatkan penikmat tersendiri bagi pecinta kuliner.
Baca juga: Serasa Balik ke Masa Lampau, Menikmati Nasi Jagung Daun Jati yang Ngangeni di Pati
Amelia Kristiani, penjual nasi jagung mengatakan, setiap harinya ia bisa menjual puluhan porsi kuliner jadul tersebut.
Ia menyebut, awal menjual nasi jagung itu karena terinspirasi dari ibunya yang terkena diabetes. Setiap harinya katanya mengkonsumsi nasi jagung.
“Ibu saya dulu pernah diabetes, terus setiap hari mintanya nasi jagung. Dari situ saya terus berpikir, nasi jagung bagus untuk diabetes dan diet. Siapa tahu orang mungkin kena diabetes atau yang mau diet bisa makan nasi jagung ini,” ujar Amelia.
Selain itu, katanya, ia juga didorong dan disarankan temannya sejak lama untuk berjualan nasi jagung. Temannya itu meyakinkan, kalau ia jualan nasi jagung pasti laku.
Dirinya juga bercerita, sebelum berjualan di pinggir jalan seperti ini, ia sudah berjualan di rumah secara online.
“Memang dari dulu saya jualan online di rumah. Waktu itu covid, banyak delivery, tapi menunya belum komplit seperti sekarang. Dulu baru osen-oseng ayam sama pedo, ” sebutnya.
Baca juga: Gonta-Ganti Jualan, Akhirnya Ali Mulai Temukan Kesuksesan di Crepes
Namun, setelah pandemi Covid-19 mereda, jualannya juga ikut mereda. Kemudian temannya pelaku UMKM menyarankan agar dirinya jualan di pinggir jalan.
“Waktu itu saya jualan nasi lodeh tewel, karena mikir saya, orang lebih senang semur lodeh. Saya mikir kalau lodeh tewel lebih masuk. Terus ternyata malah tidak masuk, terus saya buat nasi jadul kemudian orang mulai mampir ke sini, ” ucapnya.
Apalagi katanya, tempatnya pakai cething-cething dari bambu kecil. Akhirnya konsumen melihat ciri khas nasi jagung pakai cething kecil-kecil.
Editor: Ahmad Muhlisin