BETANEWS.ID, KUDUS – Di tepi Jalan Jati Kulon, tepatnya depan Masjid At Taqwa, Kudus, terlihat sosok penjual sempolan dan telur gulung yang unik. Pria bernama Ony Teguh Prakosa itu tampak mengenakan kostum Kamen Rider.
Aksinya itu sontak menarik banyak pembeli tiap harinya. Sesuai semboyannya, “pahlawan pembasmi kelaparan,” Kamen Rider menetapkan harga terjangkau. Hanya dengan Rp5 ribu, pembeli sudah mendapatkan 7 tusuk sempolan. Pada hari yang ramai, ia bisa menjual hingga 300 tusuk.
Usai melayani pembeli, Kamen Rider membagikan cerita mengenai awal mula usahanya itu. Ia mulai berjualan sempolan dan telur gulung sejak Juli 2024. Sebelumnya, Kamen Rider bekerja sebagai karyawan pabrik, dan usaha tersebut dijalaninya di waktu luang.
Baca juga: Tak Sia-Sia Datang dari Lumajang, Terang Bulan Ali Laris Manis di Kudus
“Dulu kerja saya hanya di pabrik, tapi karena ada sistem shift, jadi saya memanfaatkan waktu kosong untuk berjualan,” ujar Kamen Rider, beberapa waktu lalu.
Inspirasi berjualan dengan kostum Kamen Rider datang dari mimpinya saat kecil. Dengan menyisihkan gaji, ia berhasil membuat kostum yang ia inginkan sejak lama.
“Sejak kecil saya ingin punya kostum Kamen Rider. Sekarang akhirnya terwujud, jadi sekalian saya pakai untuk menarik perhatian pembeli,” bebernya.
Kostum unik tersebut ternyata berhasil menarik perhatian, terutama anak-anak yang sering meminta foto bersama dengan gaya khas Kamen Rider. Kepopulerannya semakin melejit di media sosial, terutama TikTok, di mana Kamen Rider membagikan konten kesehariannya berjualan dan bahkan melakukan siaran langsung yang banyak diminati.
Baca juga: Modal Rp3 Ribu Sudah Bisa Menikmati Es Cincau Seenak Ini di Bakalankrapyak
“Saya punya banyak pengikut di TikTok, salah satu konten saya sempat FYP dan membawa berkah tersendiri bagi saya,” ungkapnya.
Kamen Rider mengaku bahwa jadwal jualannya fleksibel, menyesuaikan shift kerjanya di pabrik. Jika ia bekerja sore, Kamen Rider berjualan dari pagi hingga siang, mulai pukul 10.00 WIB hingga 13.30 WIB, dan sebaliknya.
Penulis: Hanifah Febria Dwiyanti, Mahasiswa Magang PBSI UMK
Editor: Ahmad Rosyidi