BETANEWS.ID, KUDUS – Petani di Kudus mengeluhkan tak menentunya harga hasil panen mereka. Para petani berharap adanya harga standar yang ditetapkan pemerintah.
Salah satu petani di Desa Tumpang Krasak, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Agus Wijayanto merasa ada oknum ‘nakal’ yang menaikan harga tidak sesuai harga standar.
Baca Juga: BPJS Kesehatan Kudus Minta Peserta Tak Segan Laporkan Ketidakpuasan Layanan
“Harapannya pemerintah bisa menetapkan harga yang standar. Jadi jangan biarkan petani diombang-ambingkan oleh pedagang atau tengkulak,” katanya, Selasa (24/9/2024).
Belum lagi masalah pupuk yang saat ini dianggapnya belum begitu bagus dalam pendistribusian secara tepat sasaran. Menurutnya, keberadaan pupuk dinilai masih sulit dicari saat dibutuhkan.
“Ketersediaan pupuk masih susuah. Kalau bisa pupuk lebih mudah dicari. Soalnya kalau sulit dicari kita terpaksa harus membeli pupuk yang tidak subsidi. Sehingga harga lebih mahal dari pupuk subsidi,” ujarnya.
Dengan lahan sawah yang digarap dari hasil sewa bengkok Desa Tumpang Krasak berukuran 2,5 kotak atau sekitar 3.300 meter persegi, ia hanya mampu menghasilkan jagung sekitar 1,5 ton saja. Padahal menurut dia, luasan tersebut bisa menghasilkan 2 ton lebih jagung pada saat normalnya.
Baca Juga: Jadwal Pembuatan Paspor Jemaah Haji Kudus 2025 Dimulai Bulan Depan
“Ya kalau untung tetap masih untung, tapi sedikit, tidak bisa banyak. Karena kan, harus terpakai buat perawatan, seperti beli bibit, pupuk, tenaga kuli saat panen penggilingan jagung ini juga membutuhkan biaya,” jelasnya.
Ia menaksir, hasil panen jagung tersebut bisa menghasilkan sekitar Rp7,5 juta. Ia menyampaikan, sebagai petani saat ini belum bisa sejahtera. Apalagi lahan pertanian yang digarap hanya berukuran kecil.
Editor: Haikal Rosyada