BETANEWS.ID, KUDUS – Seorang pria tampak sedang membawakan cerita dihadapan puluhan anak-anak di acara Ngangsu Banyu di Rumah Khalwat Balai Budaya Rejosari (RKBBR), Sabtu (24/8/2024). Dengan tema “Cerita dari Sungai”, Muhammad Hasan atau lebih dikenal dengan nama Den Hasan itu menceritakan sekilas kondisi sungai dengan media wayang berbentuk ikan.
Saat ditemui, ia menyampaikan cerita yang dibawakan sebagai salah satu kegelisahan terhadap perilaku manusia saat ini yang kebanyakan masih belum sadar, tentang pentingnya air dalam kehidupan. Namun bukan mengkamanyekan lewat bentuk manusia, tapi disuarakan dalam bentuk penghuni kali (sungai).
Baca Juga: Kisah Rosyid, Penggembala Kambing yang Jadi Guru Besar di IAIN Kudus
“Lah ini mengambil sudut pandang dari penghuni kali yaitu ikan. Anak-anak ini supaya mengerti kondisi sungai saat ini yang masih banyak sampah akibat perilaku manusia. Terlebih tujuannya agar anak-anak ini bisa merawat sungai sebagai sumber kehidupan,” bebernya, Sabtu (24/8/2024).
Untuk diketahui, Den Hasan merupakan pendongen wayang kali yang pernah mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) pada tahun 2017. Rekor tersebut ditorehkan melalui penampilan wayang kali dengan berkeliling hingga 468 lokasi di 159 desa di Kabupaten Jepara.
“Nah dengan Rekor Muri itu wayang kali mulai berkembang pesat dan semakin dikenal di berbagai daerah di seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Bahkan usai mendapatkan rekor muri, pihaknya selalu di undang di acara-acara besar di berbagai daerah di Indonesia. Di antaranya seperti di Jakarta, Madiun, Jombang, Jember dan daerah lainnya.
Ia pun menceritakan awal muncul adanya wayang kali pada 2015 lalu. Hal itu diinisiasi oleh Sanggar Rumah Belajar Ilalang (RBI), Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan, Jepara, yang mana lokasi sanggar berada di sekitar sungai.
“Dari awal sanggar kami berdiri dikelilingi sungai. Masyarakat di sekitar sangger masih fungsikan sungai disana, tapi perilaku membuang sampah ke sungai itu menjadi kegelisahan kita (anggota sanggar). Kemudian kita bersosialisasi melalui ilmiah. Tapi kayaknya tidak masuk,” bebernya.
Setelah itu, katanya, muncul ide membuat sosialisasi melalui wayang yang dipentaskan. Hal itu dengan pertimbangan lewat media seperti itu lebih mudah diterima masyarakat.
“Kemudian kami mendesign wayang ini, lalu mementaskannya untuk anak-anak. Pertama ditujukan anak-anak di sekitar sanggar. Akhirnya mereka senang dengan penampilan yang kami bawakan. Bahkan impact dari penampilan itu, anak berani menegur orang tuanya untuk tidak membuang sampah ke sungai,” jelas bapak dua anak itu.
Baca Juga: Awalnya Tak Sengaja, Nico Bisa Hasilkan Cuan di Rumah Lewat Print 3D
Sehingga hal itu menjadikan semangat untuk terus mengampanyekan pentingnya peran air dalam kehidupan manusia. Saat ini Den Hasan sudah memiliki 33 karakter wayang yang berupa penghuni kali. Ia menyebut, jumlah karakter yang dia miliki saat ini akan bertambah, mengingat populasi hewan atau penghuni sungai banyak jenisnya.
“33 karakter wayang kali ini di antaranya seperti wader, lele, sidat, kutuk, linsang, dan masih banyak lagi. Target semua habiat yang ada di sungai, khususnya di daerah muria akan saya buat. Karena kan masih banyak juga yang belum terbuat,” imbuh pria berusia 36 tahun tersebut.
Editor: Haikal Rosyada