BETANEWS.ID, KUDUS – Sejumlah orang mengenakan seragam putih terlihat sedang menyiapkan peralatan Tuberkulin Skin Test (TST) di Rutan Kelas IIB Kudus. Setelah siap, puluhan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) tampak diarahkan para petugas berpakaian serba hitam untuk segera berbaris. Satu persatu WBP mulai bergantian disuntik sebuah cairan di tangan mereka.
Perawat Rutan Kelas IIB Kudus, Devi Wahyu Timurni (23), menjelaskan secara rinci tahapan skrining Tuberkulosis (TBC) itu. Sebelum dijadwalkan TST, para WBP akan diwawancara terlebih dahulu, terkait keluhan atau tanda-tanda gejala TBC.
“Jika tidak ada keluhan, baru dijadwalkan untuk TST. Untuk metode TST ini adalah penyuntikkan di bawah kulit, caranya yaitu mengukur empat jari di bawah siku, kemudian disuntikan obat ke bawah kulit, dengan kemiringan 15 derajat,” terang perempuan yang akrab disapa Devi itu, Kamis (11/7/2024).
Baca juga: Punya Risiko TBC 10 Kali Lebih Tinggi, Warga Binaan Rutan Kelas IIB Diskrining Dinkes Kudus
Obat PPD Tuberculin Mammalian, 5TU/ 0.1 ml, solution for intradermal injection itu, dimasukan dengan cara menggelembungkan di bawah kulit. Setelah kulit tampak menggelembung berisi cairan, kemudian petugas memberikan tanda lingkaran ke bagian yang sudah disuntikan.
“Nanti setelah dua hari akan dicek. Kalau ada indurasi maka akan diukur ketinggian dan kelebarannya. Jika memenuhi atau melewati batas yang ditentukan berarti dianggap positif,” bebernya saat ditemui, Kamis (11/7/2024).
Nantinya, jika ada WBP yang positif TBC, pihaknya akan melakukan pengecekan lebih lanjut. Kalau tidak ada keluahan, maka pasien tersebut tidak perlu dilakukan isolasi. Hanya mendapat Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) saja.
“Selagi tidak ada keluhan maka tidak akan diisolasi. Meski sudah ada bakterinya tapi itu tidak menular. Nanti akan diberikan terapi,” jelasnyadi kegiatan Skrining TBC yang diselenggarakan Dinas Kesehatan dan USAID BEBAS TB Jawa Tengah itu.
Baca juga: Pasien TBC di Kudus Dapat Bantuan Rp600 Ribu Tiap Bulan Selama Dua Tahun
Devi juga menambahkan, bahwa saat ini pihaknya sudah menyiapkan ruang isolasi untuk antisipasi. Namun, ia mengaku karena keterbatasan tempat, ruangan tersebut masih belum bisa dikatakan standar.
“Semoga, ya, tidak ada yang perlu diisolasi. Tapi kami sudah menyiapkan tenpat kecil untuk isolasi. Memang belum standar SOP, tapi kami berusaha memaksimalkan ruangan yang ada,” tambahnya.
Editor: Ahmad Muhlisin