BETANEWS.ID, JEPARA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerjunkan tim peneliti dari Balai Besar Laboratorium Kesehatan Lingkungan Salatiga dan Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara untuk menangani kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Jepara. Mereka meneliti penyebab tingginya kasus DBD yang telah merenggut nyawa 20 pasien itu.
Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan (Pelkes & SDK) Dinas Kesehatan Kabupaten(DKK) Jepara, Vita Ratih Nugraheni, menjelaskan, penelitian yang dilaksanakan sejak Rabu (6/3/2024) sampai Sabtu (9/3/2024) itu menyasar tiga hal, yaitu Vektor DBD, Serotipe Virus, dan Resistensi Insektisida.
Vita menjelaskan, penelitian Vektor DBD menyasar nyamuk Aedes aegypti dan jentiknya. Sebab, dari jentik tersebut akan diketahui berapa angka bebas jentik di Jepara. Daerah yang dijadikan sampel yaitu desa yang jumlah kasus DBD-nya tinggi.
Baca juga: Korban Meninggal Sudah 20, Upaya Pencegahan DBD di Jepara Kurang Optimal
“Standarnya angka bebas jentik itu di bawah 95 persen, kalau dinilai 1-100. Tetapi di Jepara ini ternyata di bawah 50 persen, sehingga Kemenkes bilang, pantas nyamuk di Jepara ini banyak,” ungkapnya di Kantor DKK Jepara, Kamis (7/3/2024).
Dari jentik nyamuk tersebut, nantinya juga akan diteliti apakah penyebaran virus dengue ini sudah terjadi sejak masih berupa jentik atau tidak.
“Selain jentik, Kemenkes juga mengambil sampel telur nyamuk. Telurnya ini nanti dicek juga apakah dia sudah membawa virus dengue,” tambahnya.
Dia melanjutkan, Penelitian serotipe virus menyasar pasien di sejumlah rumah sakit intuk mengambil sampel darah, yaitu di RSUD RA Kartini, RSI Sultan Hadlirin, RSUD Rehatta, RS PKU Muhammdiyah Mayong, RS PKU Aisyiyah, dan RS Graha Husada.
Menurutnya, Serotipe Virus DBD punya empat jenis yaitu Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue-4. Untuk di Wilayah Jawa Tengah, selama ini penyebab DBD umumnya disebabkan oleh Serotipe Dengue-3.
“Nah, nanti juga akan diteliti apakah terjadi perubahan serotipe virus yang menyerang atau tidak. Kalau serotipe yang menyerang ini beda itu nanti akan semakin parah, itu yang makanya nanti akan digali,” katanya.
Baca juga: Kasus Kematian DBD Jepara Lima Besar di Indonesia
Kemudian ketiga, lanjut Vita, penelitian Resistensi Insektisida untuk mengetahui jenis nyamuk kebal insektisida saat fogging atau tidak.
Terlepas dari penelitian yang sedang dilakukan oleh Kemenkes, ia kembali mengingatkan agar masyarakat tetap waspada dengan cara rutin mengadakan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M yaitu mengubur, menutup, dan menguras.
“Karena sudah banyak korban, masyarakat diharap jangan abai, sehingga, ayo kita bersih-bersih lingkungan di sekitar kita,” ujarnya.
Editor: Ahmad Muhlisin