BETANEWS.ID, JEPARA – Menjelang Hari Raya Idul Fitri, permintaan kue keciput mengalami peningkatan. Salah satunya di rumah produksi Keciput Lala Jaya yang berlokasi di Gang Rukem 2, Desa Kalipucang Wetan, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara.
Ahmad Najib (27), Pemilik Keciput Lala Jaya mengatakan selama Ramadan tiap harinya mampu memproduksi empat kwintal kue keciput. Permintaan tersebut mengalami peningkatan cukup besar, sebab biasanya dalam sehari ia hanya memproduksi sekitar 50 kg kue keciput.
Baca Juga: Viral dan Sering FYP, Ada yang Pernah Coba Smoothies Fruit Kudus?
“Peningkatan (pesanan) cukup banyak, selama Bulan Sya’ban sampai Ramadhan sehari bisa capai empat kwintal, kalau hari-hari biasa sekitar 50 kg, ngga sampai satu kwintal,” katanya pada Sabtu (23/3/2024) di rumah produksi Keciput Lala Jaya.
Untuk memenuhi banyaknya permintaan, ia kemudian menambah lima orang pekerja. Sehingga total terdapat sepuluh pekerja yang setiap hari memproduksi keciput mulai dari pukul 5.00 – 12.00 WIB.
“Terus nanti yang bungkusin ada sendiri, anak-anak sekolah biasanya. Jadi kalau pagi mereka sekolah, nanti pulang sampai sore bungkusin keciput,” katanya.
Selain di produksi di tempatnya, enam orang pekerja lainnya bekerja membentuk adonan keciput dari rumahnya masing-masing. Sebab rata-rata karyawannya merupakan ibu rumah tangga. Dengan dikerjakan di rumah, karyawannya tersebut masih bisa mengurus anak dan rumah.
“Nggak semua dikerjakan disini, ada yang dibawa pulang, nanti di ambil. Rata-rata tetangga sendiri soalnya, sekalian bikin lapangan pekerjaan,” ujarnya.
Permintaan kue keciput miliknya, selain berasal dari pedagang grosir di sekitar Jepara, juga banyak dari daerah Karasidenan Pati (Kudus, Grobogan, Pati, Blora, Rembang) dan Semarang.
Baca Juga: Kemarau Panjang, Produsen Kerupuk di Kudus Hemat Biaya dan Tenaga
Sedangkan untuk harga kue keciput saat ini menurutnya mengalami kenaikan, imbas dari naiknya harga bahan-bahan produksi seperti gula dan telur.
“Selain itu imbas adanya banjir juga, untuk harga sekarang ini naik jadi Rp55-60 kg per kilogram. Ya ada yang protes, tapi kebanyakan memahami, karena bahan produksi naik semua,” katanya.
Editor: Haikal Rosyada

 
                                    