BETANEWS.ID, KUDUS – Sebuah Mesin Combine Harvester atau pemotong padi terlihat sedang beroperasi di area persawahan Desa Medini, Kecamatan Undaan. Tampak beberapa orang yang berada di atas mesin pun melakukan tugasnya masing-masing. Ada yang mengoperasikan jalannya mesin, ada pula yang mewadahi gabah ke dalam karung.
Saat ini, mesin combine memang banyak diminati oleh petani karena dianggap lebih cepat dan efisien. Fakta ini tentunya menyuburkan jasa penyewaan mesin combine karena sangat menguntungkan. Bahkan, sebagian pemilik mesin combine bisa meraup uang jutaan rupiah dalam sehari.
Salah satu penyedia combine, Santoso, mengaku bisa mendapatkan minimal Rp2 juta dalam sehari. Alat pertanian miliknya itu setidaknya bisa memotong padi dengan ukuran sawah sekitar 8.000 meter persegi atau dengan istilah satu bau.
Baca juga: Petani Undaan Girang Harga Gabah Tinggi, Tembus Rp10 Ribu per Kilogram
“Untuk sewa mesin sekalian tenaganya, per bau itu dengan harga Rp2 juta. Ada empat karyawan yang ikut bekerja, jadi biaya itu kepotong tenaga dan bensin,” ungkapnya, Sabtu (20/1/2024).
Menurut Santoso, dalam sehari bisa memotong padi dua bau atau dengan ukuran sawah 16.000 meter persegi. Jika dikalkulasikan, penyewaan mesin combine itu bisa menghasilkan Rp4 juta kotor, sehingga bisnis tersebut sangat menguntungkan.
“Kalau saya setiap ada panen, mau panen padi atau panen kacang hijau itu selalu terjun. Biasanya tidak hanya di wilayah Kecamatan Undaan saja, tapi di luar Kecamatan Undaan juga pernah,” ucap warga Desa Wates, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus itu.
Baca juga: Petani Kudus Mulai Beralih Semprot Pestisida Pakai Drone, Lebih Hemat dan Cepat
Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu penebas padi, Akronji. Menurutnya, pihaknya dalam sehari bisa menerjunkan mesin combine di tiga titik. Untuk biaya jasanya kurang lebih hampir sama.
“Kalau cuaca cerah seperti ini ya bisa tiga bau, minimal dalam sehari itu dua bau. Untuk biaya jasa kombi per satu baunya Rp1,6 juta. Sedangkan untuk ukuran sawah satu hektare harga Rp2,4 juta,” terangnya.
Editor:Â Ahmad Muhlisin