BETANEWS.ID, DEMAK – Kedai kopi yang terletak di ruang kecil menyatu di gedung Hotel Citra Alam, Jalan Bhayangkara, Petengan Selatan, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak terlihat ramai didatangi pembeli. Tampilan sederhana dengan nuansa rumahan membuat siapa saja betah untuk menikmati secangkir kopi di sana.
Konsep itu tentunya tidak lepas dari pemilik kedai kopi Widji Arum Coffee, Prilastono Nugroho (57) atau akrab disapa Tono. Pada 2014, ia secara tidak sengaja membangun kedai itu. Bermula dari kegemarannya dengan musik keroncong, ia ingin ada tempat yang bisa menampung para seniman Demak dalam menggagas ide mereka.
“Dulu namanya Kopi Teras 21, karena di teras kan nomor 21. Sekarang pindah di sini pandemi 2019. Sempat ramai anak-anak (seniman) di sini, yaitu komunitas komedi, cinema, dan keroncong,” katanya, Selasa (19/12/2023).
Baca juga: Kecintaan pada Sepeda Motor Membawa Dedy jadi Pemilik Bengkel yang Sukses
Tono mengaku, hanya belajar secara odidak dalam membuat minuman kopi yang enak. Salah satu yang menjadi andalannya yakni dengan mempertahankan pemilihan bahan dan cara meracik kopi.
“Kalau saya paling bagus menyeduh pakai air Cleo. Katanya ada kandungan mineral yang tinggi. Jadi ada tiga yang penting, yaitu saat menghaluskan kopi, temperatur, dan waktu menyeduh,” terangnya.
Menurut Tono, kunci kenikmatan kopi justru paling banyak berpengaruh pada proses pasca-panen biji kopi. Sedangkan barista hanya sebagian kecil dalam penyajian kopi itu menjadi nikmat.
“Jadi kenikmatan kopi itu 60 persen di pasca panen pada petani kopi, 30 persen saat roaster, dan 10 persen di barista,” paparnya.
Baca juga: Rintis Usaha Sejak SMK, Putri Kini Hidup Mapan dan Bisa Kuliah dengan Biaya Sendiri
Pemahaman itulah yang ia tularkan ke beberapa penikmat kopi di Demak. Hingga lambat laun berjalannya diskusi itu, ilmu yang ia punya ditularkan seiring marakknya kedai kopi di kota wali.
“Baik ya, karena terbagi tempat nongkrong anak muda. Karena kedai kopi tidak hanya sekedar ngopi tapi juga tempat sosialisasi antar komunitas,” pungkasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin

 
                                    