BETANEWS.ID, SEMARANG – Sejarah keberadaan Kerajaan Demak, kembali didiskusikan dalam forum Suluk Senen Pahingan, di pendapa joglo, Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Kota Semarang, Minggu (26/11/2023) malam. Hadir sebagai pembicara, Ahmad Kastono, penulis buku Sejarah Kerajaan Demak Bintoro dan Rendra Agusta, filolog dan Peneliti Damalung Blueprint.
Dalam paparannya, Ahmad Kastono menyatakan selama perjalanan penelitian ini dirinya telah menganalisa 35 naskah babad dan serat. Dalam naskah yang dianalisa tersebut, dirinya memfokuskan tentang nama walisongo yang dalam naskah babad disebut wali keramat.
“Sebanyak 35 naskah yang saya analisa dan tambahan 2 literatur ini sudah berusia minimal 60 tahun,” Tutur pria yang akrab disapa AKA Hasan dalam Sukuk Senen Pahingan, sebagaimana rilis yang dikirim ke Betanews.id.
Baca juga: Cerita Raden Sawunggaling, Seorang Militer Intelejen Kerajaan Demak
Suluk Senen Pahingan adalah Ruang terbuka yang menggelar diskusi rutin setiap 35 hari sekali. Kegiatan tersebut digelar Komunitas Santri Bajingan, di Joglo Pendopo Pondok Pesantren Al Itqon, Bugen, Tlogosari-Semarang.
Forum Suluk Senen Pahingan diasuh langsung Rois Syuriah PW NU Jawa Tengah KH Ubaidillah Shodaqoh dan KH Shalahudin Shodaqoh. Diskusi Suluk Senen Pahingan saat ini sudah digelar sebanyak 25 kali, dengan sejumlah tema yang up to date.
Aka Hasan menjelaskan, ada tujuh metodologi yang dipakainya untuk memperkuat penelitiannya tentang sejarah kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo. Selain studi literatur dari babad dan serat, ia juga membaca dan menganalisa ratusan buku yang berbicara tentang Walisongo.
“Dari literatur 192 buku ternyata Dewan Walisongo berjumlah 3, yakni periode Walisongo berjumlah 1 sampai 5, periode Walisongo berjumlah 8 dan tidak berperiode,” terangnya.
