BETANEWS.ID, KUDUS – Desa Berugenjang, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus menggelar Tradisi Dawetan, Jumat (20/10/2023). Tradisi yang sudah turun terumun sejak nenek moyang itu merupakan ikhtiar warga setempat untuk meminta hujan pada Allah.
Saat waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB, warga terlihat berbondong-bondong berkumpul di sebuah titik sawah bernama Mendungan, yang merupakan tanah milik (bengkok) Desa Berugenjang. Masing-masing warga tampak membawa rantang maupun ambengan, ada juga yang membawa bak air yang berisi dawet.
Kemudian warga pun bersama-sama memanjatkan doa kepada Tuhan di tengah sawah mengikuti pemimpin doa. Setelah doa terpanjatkan, warga kemudian bersiap untuk melempar dawet ke atas sebagai simbol meminta turunnya hujan.
Baca juga: Warga Undaan Ikhtiar Datangkan Hujan Lewat Salat Istisqa
Bahkan sebagian dari mereka sengaja melempar dawet tersebut kepada warga lain untuk tujuan mendapatkan berkah dari tradisi itu. Sejumlah warga yang mengikuti kegiatan itu terlihat basah oleh dawet yang dilempar.
Menurut kiai pemimpin doa, Sunar Abdul Hamid, tahlil atau doa yang dilaksanakan itu dalam rangka untuk meminta hujan kepada Tuhan. Kegiatan itu dilakukan dengan situasi dan kondisi saat ini yang masih kemarau.
“Harapannya nanti semoga bisa secepatnya turun hujan, hujan yang tidak membawa laknat dan tidak membahayakan, sehingga aman semua. Terlebih bisa berkah untuk semuanya, terutama untuk aliran pertanian,” bebernya.
Kepala Desa Berugenjang, Kiswo menambahkan, tradisi itu sudah ada sejak lama dan kini tetap dilestarikan. Tradisi itu dilakukan, karena saat ini masih panas dan tak kunjung turun hujan. Sebab, desa yang mayoritas warganya menjadi seorang petani itu kesulitan mendapatkan air untuk pertanian.
Baca juga: Ledekan Desa Berugenjang Kudus, Tradisi Unik di Tengah Sawah
“Kita melestarikan tradisi ini, di salah satu titik tanah Mendungan sebagai tempat untuk berdoa kepada Allah memohon hujan yang dilakukan oleh para petani, agar bisa menurunkan hujan untuk pertanian padi,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, dalam tradisi tersebut diikuti oleh beberapa unsur masyarakat, meliputi tokoh masyarakat, tokoh agama, warga, dan perkumpulan petani pemakai air (P3A) Desa Berugenjang.
“Sebenarnya kita mengundang semua masyarakat, cuma terkadang ada kendala aktivitas kegiatan. Sehingga hanya ada beberapa masyarakat saja yang mengikuti,” imbuhnya.
Editor: Ahmad Muhlisin