BETANEWS.ID, JEPARA – Tangan Rif’ati (46) tampak begitu cekatan melayani pembeli sambil menuangkan adonan kue cucur dari mangkuk kecil ke dalam wajan penggorengan. Kue-kue yang sudah matang itu lantas ia tiriskan sebelum dikemas dalam wadah mika. Selain kue cucur, ia tampak juga menyediakan jajanan tradisional berbahan ketela yaitu tiwul, getuk, dan gatot.
Menurutnya, tiwul dan gatot sebenarnya memiliki cara pengolahan yang hampir sama, yaitu berbahan dasar singkong yang dikeringkan terlebih dahulu. Perbedaannya, singkong yang dipakai untuk gatot memiliki warna yang kehitaman dan sedikit ditumbuhi jamur. Namun meski begitu, menurut Rif’ati singkong tersebut tetap aman dikonsumsi.
“Gatot ini sama terbuat dari singkong, dia dijemur dulu dan prosesnya agak lama. Nanti dia warnanya hitam, itu karena dijemur dan kalau ada hujan dia nggak diangkat. Jadi dia kayak berjamur dan itu memang khasnya di situ,” katanya saat ditemui di kegiatan Gerakan Pangan Murah dan Gelar Pangan Lokal di Alun-Alun 1 Jepara, Jumat (13/10/2023).
Baca juga: Kue Pancong yang Lumer di Mulut Ini Selalu Bikin Nagih, Satu Mana Cukup
Karena proses pengeringannya membutuhkan waktu yang lama, Rif’ati tidak memproduksi sendiri bahan baku pembuatan Gatot dan Tiwul. Ia membeli bahan baku tersebut dari Kota Kediri, Jawa Timur.
Satu porsi jajanan buatannya berisikan Gatot dan Tiwul yang diberi taburan kelapa parut, kemudian ditambah dengan Getuk yang diberi taburan serundeng kelapa.
“Satu porsi isinya ada getuk, tiwul, sama gatot itu kita jual Rp5 ribu per bungkus. Tapi kalau tiwulnya aja biasanya kita taruh di besek harganya Rp20 ribu,” katanya.
Baca juga: Penjual Kembang Tahu di SPBU Damaran Ini Laris Manis, Sehari Bisa Untung Ratusan Ribu
Sedangkan untuk kue cucur, biasa ia jual dengan harga Rp10 ribu berisi empat potong. Ada juga yang ia kemas di dalam besek kecil berisi sepuluh potong dengan harga Rp25 ribu per besek.
Meskipun tergolong makanan tradisional, menurutnya masih banyak pembeli yang tertarik dengan jajanan tersebut. “Banyak banget peminatnya karena sudah langka kan yang jual,” ujarnya.
Editor: Ahmad Muhlisin