BETANEWS.ID, DEMAK – Musim kemarau mengakibatkan produksi ikan di Kabupaten Demak mengalami penurunan. Hal itu disebabkan, berkurangnya suplai air yang menghambat pertumbuhan ikan.
Salah satu yang terdampak kemarau ini adalah pembudidaya ikan di Desa Temuroso, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak. Di sana, sejumlah kolam ikan lele dan nila mengering, sehingga terpaksa dipindah ke kolam terpal.
Ketua Kelompok Ikan Bolo Pendowo, Ali Fathan, mengatakan, lebih dari 24 kolam ikan berukuran 5×6 meter milik warga Desa Temuroso mengalami kekeringan. Saat musim penghujan, ia bisa menebar 27.000 benih ikan lele dengan omzet Rp21 juta sekali panen. Sedangkan saat musim kemarau, ia hanya bia menebar bibit ikan lele sebanyak 7.000 ekor dengan omzet Rp5 juta.
Baca juga: Terdampak Kemarau, Produktivitas Budi Daya Ikan Air Tawar di Demak Diprediksi Turun 20 Persen
“Menurun banyak, karena suplai air yang kurang. Hasilnya juga kurang karena benih yang ditebarkan berkurang,” katanya, Rabu (23/8/2023).
Untuk mengantisipasi kolam yang mengering, pihaknya membuat kolam terpal dengan diamater dua meter. Kolam itu bisa ditebari bibit ikan lele sebanyak 1.000 ekor.
“Kalau pakai kolam terpal sendiri habis Rp1 juta untuk membeli terpal, dengan kapasitas 1.000 ekor ikan,” ujarnya.
Meskipun mengalami pengurangan produksi ikan, kualitas ikan lele justru unggul saat musim kemarau. Hal itu disebabkan kondisi air yang lebih bebas dari jamur dan penyakit.
“Pengaruh kualitas justru tidak. Malah kita untung tidak ada jamur. Kalau pas musim hujan justru perawatannya susah harus pakai obat,” terangnya.
Baca juga: 74 Persen Tambak di Demak Terkena Rob, Kerugian Ditaksir Capai Rp14,2 Miliar
Jika lele kualitasnya lebih bagus, hal berbeda dirasakan pembudidaya nila. Menurutnya, ikan yang belum berada di masa penen, terpaksa dijual murah oleh pembudidaya karena tidak memenuhi standar pasar.
“Per kilogram ikan lele isi 8 dijual Rp26 ribu, sedangkan ikan nila per kilogram isi tiga Rp24 ribu. Karena belum masuk standar konsumsi kemarin dijual per ekor harga Rp2 ribu,” pungkasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin
