BETANEWS.ID, SOLO – Guru besar Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Dominicus Danardono Dwi Prija Tjahjana melakukan riset pemanfaatan energi angin di wilayah perkotaan. Menurutnya, sampai saat ini belum ada yang melakukan itu di Indonesia, karena punya banyak kesulitan.
“Kondisi aliran angin di daerah perkotaan memiliki ciri khas sebagai aliran angin yang dipercepat secara lokal dan cenderung menghasilkan turbulensi, salah satunya akibat berinteraksi dengan bangunan,” kata dia saat jumpa pers di UNS, Senin (28/8/2023).
Selain itu, lanjut dia, halangan lain adalah lokasi pemasangan turbin angin yang terbatas. Apalagi, wilayah perkotaan memiliki kecepatan angin yang kurang, serta memiliki dampak secara visual dan juga suara yang cukup bising.
Baca juga: Mahasiswa UNS Ciptakan Energi Alternatif Berbasis Biomassa dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
“Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan, daerah perkotaan mempunyai peluang yang menjanjikan untuk memanen energi angin, dengan semakin banyaknya gedung-gedung tinggi,” katanya.
Menurutnya, dengan adanya banyak gedung tinggi di kawasan perkotaan memungkinkan untuk menambahkan turbin angin pada bagian atap gedung (Building Mounted Wind Turbine).
“Posisi pemasangan turbin di atap gedung tinggi akan memperbesar peluang untuk mendapatkan kecepatan angin yang tinggi dan dengan intensitas turbulensi yang lebih rendah. Selain itu, tidak perlu membangun menara tinggi untuk pemasangan turbin angin tersebut,” paparnya.
Saat ini, ia beserta rekan peneliti dan mahasiswa tengah mengembangkan dan meningkatkan beberapa tipe turbin angin tipe sumbu vertikal itu.
“Ada yang meningkat 17,6 persen, ada yang 34 persen dibandingkan konvensional, bahkan hampir 47 persen. Riset ini masih berlanjut terus. Kami masih berkomitmen untuk mengembangkan dan kemudian berharap bisa membuat prototype dan bisa dipasangkan di gedung-gedung yang mampu memanen energi,” katanya.
Baca juga: Mahasiswa UNS Ciptakan Edible Film Strip Candy dari Ekstrak Bunga Turi
“Kalau di perkotaan kita tidak mungkin bisa yang kaya di Jeneponto dan Sidrat, karena satu tower turbin angin dengan ketinggian hampir 50 meter kan bisa menghasilkan sekitar 7 mega watt. Kalau perkotaan ini kita pasangkan beberapa turbin angin. Kalau satu turbin kalau kondisi anginnya ideal mungkin bisa sampai 500an watt, itu sudah bagus,” lanjutnya.
Lebih lanjut, penelitian ini perlu diperdalam untuk mengambil data kecepatan angin di lokasi pemasangan, yakni minimal 1 tahun dan ideal 2 tahun. Dari hasil analisis data kecepatan angin secara mendalam, bisa diperoleh desain turbin angin yang sesuai dengan kebutuhan.
Nantinya, penelitian tersebut akan dipaparkan oleh Danardono pada saat pengukuhan guru besar UNS, pada Selasa (29/8/2023) di Auditorium GPH Haryo Mataram.
Editor: Ahmad Muhlisin