BETANEWS.ID, DEMAK – Sebuah rumah yang terletak di Dukuh Dalasem, Desa Rejosari, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, terlihat dipenuhi anyaman bambu. Dua orang pekerja yang terdiri dari Suharjo (66) dan istrinya tampak merangkai serpihan bambu menjadi bentuk melingkar.
Suharjo mengatakan, saat itu ia sedang menggarap ayakan untuk keperluan pelanggannya. Sedangkan hasil kerajinan bambu lainnya, seperti rantang dan tempat payung sudah ia setoran ke bakul-bakul langgannya.
Di rumahnya, ia membuat bodak, tampir, vas bunga, tempat sampah, tempat buah, dan lain-lain. Hasil anyaman bambu itu dijual mulai Rp15 ribu hingga Rp95 ribu. Hebatnya, produk buatannya itu sudah merambah pasar luar negeri.
Baca juga: Pengrajin Bambu di Rejosari Demak Ini Usianya Satu Abad Lebih, Pernah Jualan di Era Uang Gulden
“Ekspor ke Amerika (Serikat) sudah berjalan empat tahun. Tapi ada saja halangannya, karena dampak Covid-19 dan perang Ukraina-Rusia. Setiap mau kirim satu kontainer ada saja halangannya, tapi yang sudah terkirim ada tiga kontainer,” katanya, Selasa (25/7/2023).
Menggeluti kerajinan anyaman bambu, lanjut Suharjo, sudah dilakoni selama 20 tahun. Sebelum melakukan ekspor ke Amerika, sebelumnya ia masih menjualnya di sekitar Demak.
“Pasar sekarang sudah meluas. Waktu masih ada bapakku itu keliling lingkup se-Demak. Sekarang tiap pasar satu kabupaten sudah merata, ada yang sampe Karangayu, Semarang juga,” imbuhnya.
Baca juga: Pengki Bambu, Senjata Perajin Anyaman Jepara Lawan Gempuran Produk Plastik
Melihat peluang penjualan kerajinan bambu yang menjanjikan, membuat Suharjo memutuskan berhenti menjadi tukang bangunan sejak 2003. Sehari-hari, ia menggarap berbagai jenis bentuk anyaman bambu untuk ia jual memenuhi kebutuhan keluarganya.
“Saya dulu punya vespa, sampai tidak terlihat motornya kalau saya pas bawa kerajinan bambu. Bikin satu minggu terus dibawa keluar ke pasar-pasar,” pungkasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin

 
                                    