BETANEWS.ID, JEPARA – Berlokasi di sebelah Selatan Pasar Welahan, Kabupaten Jepara, Gerobak Es Cincau Bandung “Khas Priangan” milik Darsono (58) itu tampak selalu ramai pembeli. Kondisi itu mau tak mau membuat Darsono harus gesit membuat beberapa porsi dalam satu waktu.
Berbeda dengan cincau yang umumnya berwarna hitam, es cincau yang dijual Darsono itu berwarna hijau dengan tekstur yang lebih kenyal dan mudah hancur. Sehingga, menurut Darsono, cincau buatannya tidak bisa bertahan lama.
“Dalam sehari kalau nggak habis ya dibuang, ya bisa buat dijual besok tapi rasanya udah beda. Dan teksturnya ini kan mudah hancur, beda sama cincau hitam yang dibanting aja masih utuh,” katanya saat ditemui di sela-sela melayani pembeli, Rabu (28/6/2023).
Baca juga: Laris Manis, Outlet Es Dawet Pandan Wangi di Jepara Ini Sampai Nolak-Nolak Pembeli
Cincau itu ia buat menggunakan daun cincau hijau yang ia beli langsung dari daerah Ciamis. Satu kilogram daun tersebut dijual dengan harga Rp15 ribu.
“Untuk daunnya memang saya pesen langsung dari Ciamis, nggak tau sih di sini ada yang jual apa nggak. Soalnya kan saya sudah ada perkumpulannya sendiri, ada sekitar 200 orang,” katanya.
Ia bercerita bahwa anggota dari perkumpulan es cincau tersebut memiliki ciri khas dari caranya membungkus yang menggunakan karet pentil. Cara tersebut menurutnya dapat mengurangi penggunaan karet serta lebih cepat ketika membungkus.
“Ciri khasnya dari cara bungkusnya, karena nggak semua bisa pakai cara kayak gitu dan kalau melayani pembeli lebih cepet, lebih hemat karet juga,” beber Darsono.
Baca juga: Segarnya Es Dawet Ayu Durian di Tembiring Demak yang Harganya Cuma Segini
Dalam seporsi es cincau buatan Darsono terdiri dari cincau hijau dan bubur mutiara yang diberi larutan gula merah dan santan yang sudah dicampur dengan es batu. Manisnya gula merah bercampur dengan kenyalnya cincau hijau yang memiliki rasa hambar menjadi perpaduan yang pas di tengah teriknya matahari.
Karena tak pernah sepi pembeli, setiap harinya Darsono bisa menjual sekitar 300 porsi yangharganya Cuma Rp3 ribu itu.
“Kalau untuk harga tersebut standar lah kalau di sini, soalnya kalau dijual lebih dari itu jualnya kayaknya susah,” ujarnya.
Editor: Ahmad Muhlisin