BETANEWS.ID, SEMARANG – Di Jalan Sawojajar, Krobokan, Semarang Barat, berdiri warung penyetan yang setiap jam makan siang hampir selalu dijejali pelanggan. Di pinggir jalannya tak sedikit kendaraan bermotor pelanggan parkir berderet.
Menu penyetan di Rumah Makan Citra Rasa Pak No atau sepeninggalnya diteruskan istrinya, Bu Yatmi ini memang tergolong jarang ada. Umumnya warung-warung penyetan hanya menjual menu daging ayam, bebek, burung dara, atau ikan lele, dan gurami.

Sedangkan rumah makan Yatmi spesifik menjual menu daging unggas yang kini sudah jarang ditemui bahkan di habitatnya, yaitu burung kuntul dan belibis. Iwak Manuk Pak No ini awalnya hanyalah warung kecil. Karena keunikannya, menu Iwak Manuk Pak No ini pun kondang, terlebih di era media sosial sekarang. Yatmi kemudian memperlebar usahanya dengan kapasitas ruang yang lebih besar. Yatmi juga mengisi rumah makan barunya dengan hiburan yang dimainkan langsung oleh pemusik.
Baca juga: Warung Tengkleng Idola di Depan PMI Demak Ini Ramai Banget saat Jam Makan Siang
Pelanggan Iwak Manuk Pak No banyak pula dari ASN maupun karyawan swasta. Maklum saja rumah makan itu berdekatan kawasan perkantoran dan bisnis.
Maryono, anak Yatmi mengatakan, selain beberapa pejabat seperti Gubernur Ganjar Pranowo atau mantan Wali Kota Hendrar Prihadi yang pernah berkunjung, tak jarang pula Iwak Manuk Pak No menjadi tujuan wisatawan. Ia bahkan menyebut nama artis yang pernah makan di warungnya, salah satunya pemeran sinetron ‘Ojek Pengkolan,’ Mas Pur.
“Dulu Pak Ganjar dan Pak Hendi pernah makan di sini juga, sama yang main sinetron Ojek Pengkolan,” aku Maryono.
Kendati burung kuntul dan belibis saat ini susah ditemui di alam liar, Maryono mengaku tak pernah kehabisan stok. Sejauh ini ia mendapat pasokan daging kuntul dan belibis dari pedagang luar kota. Ia pun memperkirakan bahwa sekarang burung kuntul dan belibis dibudidayakan.
Baca juga: Mangut Kepala Manyung Bu Fat Semarang Digemari Pejabat Sampai Artis
Rumah Makan Citra Rasa Iwak Manuk Pak No menjual seporsi daging kuntul lengkap dengan sambal mentahnya yang menggigit, dengan harga Rp40 ribu. Sementara daging belibis dijual Rp30 ribu. Ada pula menu termahal, bebek alaska yang dijual dengan harga Rp80 ribu. Daging burung puyuh melengkapi menu Iwak Manuk Pak No yang dijual dengan harga Rp30 ribu isi dua dalam satu porsi.
Dodi, pelanggan dari Jakarta mengaku menyukai daging Iwak Manuk Pak No. Menurutnya, dagingnya terasa empuk dan gurih.
“Saya tahu dari internet, browsing makanan yang favorit di Semarang,” ungkapnya.
Editor: Ahmad Muhlisin