BETANEWS.ID, JEPARA – Dua puluh orang pekerja proyek perbaikan Jalan Welahan-Gotri dari CV Jasa Marga Semarang tampak berbagi tugas. Para pekerja tersebut biasanya akan mulai melakukan proses pengecoran jalan beton ketika menjelang malam sampai pukul 3.00 dini hari. Sebab ketika pagi akan mereka gunakan untuk mempersiapkan kebutuhan serta pemasangan kerangka jalan yang akan dibeton.
Amirul (25) salah satu pekerja yang berasal dari Purwodadi bercerita bahwa setiap harinya ia memang bekerja sampai dini hari. Satu proyek perbaikan jalan menurutnya membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga bulan. Ia sendiri sudah lima tahun melakoni pekerjaan tersebut.
“Ya sudah resiko pekerjaan, pasti ada susahnya. Cuma kadang kerja kayak gini harus nahan sabar. Kalo perbaikan jalan kan sering bikin macet, kadang ada pengendara yang nggak mau nunggu. Nah itu ya suka bikin agak berantem, kadang,” katanya pada Betanews.id, Sabtu (20/5/2023).
Baca juga: Warga Keluhkan Mangkraknya Perbaikan Jalan Kudus-Purwodadi di Tanjungkarang
Hal yang sama juga diungkapkan Fajar Yuana. Pria berusia 45 tahun itu menceritakan suka duka yang ia alami ketika menjadi pekerja proyek. Meskipun harus lembur sampai dini hari, tetapi ia mengaku nyaman dengan pekerjaan tersebut. Sebab ia pernah mendaftar sebagai buruh pabrik, tetapi belum ada setahun ia memilih untuk kembali ke pekerjaan asalnya.
“Kurang lebih 25 tahun. Senengnya ya bisa tahu daerah lain. Ada keluar Jawa pernah, ke Kalimantan, tiga bulan disana. Cuma ya bikin cepet naik darah,” kata Warga Desa Kupang, Ambarawa, Kabupaten Semarang itu.
Ia bercerita bahwa ketika sedang mengerjakan proyek perbaikan jalan, ada seorang wanita yang tidak sabar mengantre kemudian jatuh dan meninggal terlindas oleh truk. Adanya kejadian tersebut membuat ia dan teman-temannya mau tidak mau harus ikut berurusan dengan pihak kepolisian.
Baca juga: Ganjar Minta Jalan Rusak di Demak Segera Diperbaiki
Selain itu, karena proyek perbaikan jalan membutuhkan waktu yang cukup lama, ia mengaku jarang bertemu dengan keluarga. Terlebih ketika proyek yang ia kerjakan berada di luar provinsi Jawa Tengah.
“Kalau masih area Jateng, kadang diusahakan dua minggu sekali pulang. Kalo nggak bisa ya sebulan sekali. Ya disempet-sempetin lah. Kalau nggak gitu ya nggak bisa ketemu. Soalnya kan nanti habis proyek ini selesai, nanti pindah lagi ke yang lain. Nggak tentu, tergantung dari yang pusat menempatkan di mana,” pungkasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin