BETANEWS.ID, SEMARANG – Komunitas Pecinta Tosan Aji Semarang (Peta Semar) menggelar Pameran dan Bursa Tosan Aji se-Nusantara di kawasan Kota Lama Semarang, tepatnya di gedung Monod Diephuis & Co yang berada di Jalan Kepodang, Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Semarang.
Ketua Panitia Pameran Adwi Sujatmiko menjelaskan, kegiatan tersebut sebagai upaya untuk menguri-uri budaya serta mengedukasi kepada generasi muda tentang keris.
“Kita ingin memberikan pemahaman bahwa keris itu bukan seperti yang mereka pikirkan, yaitu ada isinya dan kleniknya. Karena di sini kita hanya nguri-nguri budaya dan mengagumi keindahan dari masing-masing keris itu sendiri,” katanya.

Baca juga: Pameran dan Bazar Keris di DPRD Solo Tampilkan 106 Keris
Kemudian untuk jumlah peserta yang ikut pada pameran kali ini, ia menyebut ada sekitar 75 peserta, yang berasal dari seluruh kota di Indonesia.
“Yang ikut se-Nusantara, jadi semua kota di Indonesia. Ada yang dari Cirebon, Magelang, Malang, Bali, dan masih banyak lagi. Untuk kegiatannya, ini dibuka mulai 22 sampai 24 Agustus 2022, jam 09 sampai jam 8 malam,” tambahnya.
Menurutnya, keris yang dipamerkan pada acara kali ini sangat beragam. Mulai dari keris tertua, keris zaman kerajaan masa lampau, sampai keris yang terdapat ornamen emas dan berlian pun ada.
“Di sini tidak ada pameran, jadi pengunjung juga bisa membeli keris yang ada di sini. Kerisnya beraneka ragam, mulai keris zaman kerajaan sampai keris yang ada emasnya ada di sini. Tidak hanya keris di sini juga ada cincin batu akik,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu peserta yang berasal dari Magelang, Wahyu Eko Setiawan mengaku, dalam pameran ini ia membawa sebanyak 60 keris.
“Keris yang saya bawa banyak, ada yang dari Pajajaran, Singosari, Majapahit, Mataram, Tumapel , Madura, Surokarto dan masih banyak lagi, total ada 60,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, wahyu pun menyampaikan , bahwa keris merupakan doa yang dibendakan. Jadi setiap keris mempunyai harapan sendiri menurut pemiliknya.
Baca juga: Ganjar Dapat Hadiah Keris Luk 9 Buatan Tahun 1480-an dari Tokoh Budaya Solo
“Setiap corak yang ada di keris itu ada filosofinya, karena keris itu adalah doa yang dibendakan, ada pengharapan. Misal datang mau buat keris itu harapanya keinginannya apa, karena keris itu tidak pernah memunculkan sesuatu yang tidak ada dalam diri yang punya,” katanya.
“Karena keris hanya mengaplikasi. Misal yang buat untuk seorang pedagang ya nanti aplikasinya pedagang, jadi keris hanya mengaplikasi apa yang ada di dalam diri yang punya. Jadi misal tidak seorang pemimpin kok dikasih keris kepemimpinan, ya wibawa kepemimpinannya tidak akan muncul,” tutupnya.
Editor : Kholistiono