Kesenian ketoprak kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan banyak masyarakat di Pati dan sekitarnya. Ketoprak selalu menjadi bagian penting dalam tradisi sedekah bumi, yang masih banyak diselenggarakan sejumlah daerah di kawasan pantura timur Jawa Tengah. Namun, kapan sebenarnya ketoprak ini muncul?

Sucipto Hadi Purnomo, dosen bahasa dan sastra Jawa Unnes. Foto: Kaerul Umam

Tumbuh di surakarta, berkembang di Yogyakarta dan melahirkan sejumlah ketoprak mataram. Kemudian sempat melejit di Tulungagung,tapi pulung ketoprak justru ada di Kabupaten Pati

Sucipto Hadi Purnomo, dosen Unnes

Untuk mengetahui hal tersebut, Tim Liputan Khusus (Lipsus) Beta News mendatangi Dr. Sucipto Hadi Purnomo, dosen bahasa dan sastra Jawa di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Kepada Tim Lipsus, Cipto, begitu dirinya akrab disapa, mengungkapkan, ketoprak pertama kali diperkenalkan oleh Kanjeng Raden Tumenggung Wreksodiningrat. Pada akhir abad 19, di wilayah Surakarta terjadi wabah PES, sehingga banyak warga yang mengungsi. Untuk menghibur warga yang terkena musibah, Tumenggung Wreksodiningrat menggelar pertunjukan ketoprak.

Menurutnya, awal mula ketoprak dipentaskan secara sederhana, dengan mengangkat cerita-cerita yang sederhana pula. Ketoprak saat itu hanya diiringi suara perkusi dari lesung. Kemudian banyak yang menyebut pertunjukan itu sebagai ketoprak lesung.

“Sampai sekarang menjadi ketoprak yang menggunakan gamelan seperti saat ini. Dulu ya dengan cerita sederhana, ceritanya tentang kancil mecicil, kancil nyolong timun, pak tani dan mbok tani,” terangnya saat ditemui Tim Liputan Khusus Betanews di Unnes, beberapa waktu lalu.

- advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini