BETANEWS.ID, KUDUS – Puluhan ribu petapa atau peziarah dari berbagai daerah melakukan ritual malam satu sura di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Mereka ada yang berziarah dan ada pula yang bertapa di puluhan petilasan desa yang berada di Lereng Gunung Muria itu.
Kepala Desa Rahtawu Rasmadi Didik Ariyadi (49) mengatakan, setelah sudah tidak ada pembatasan, kunjungan petapa meningkat pesat dibanding tahun lalu yang berkisar 25 ribu orang.

“Untuk estimasi pengunjung sendiri kita perkirakan mencapai 40 ribu pengunjung. Kalau malam ini, Jumat (29/7/2022) baru datang sekitar 7 sampai 8 ribu orang, puncaknya itu pada Sabtu malam sesuai penanggalan Jawa Aboge bisa sampai 40 ribu pengunjung,” bebernya, Jumat (29/7/2022).
Baca juga: Dukuh Semliro, Tempat Gajah Mada Mengasingkan Diri Usai Tak Jadi Patih di Majapahit
Antusiasme petapa yang datang ke Desa Rahtawu itu, kata Didik, sangat luar biasa. Menurutnya, peziarah datang ke lokasi pertapaan di desa tersebut bertujuan ngalap berkah dan sebagai pelestarian Budaya Jawa.
“Seperti agama Islam kita berdoa di akhir tahun, kemudian nanti malam mereka juga ngalap berkah setelah akhir tahun yang mereka jalani selama ini. Dilanjut awal tahun baru Hijriyah mereka menyakini malam itulah malam yang tepat memanjatkan doa-doa,” ujarnya.
Menurutnya, petapa itu tak hanya datang dari Kudus saja, karena banyak juga yang berasal dari Pati, Jepara, Demak, Semarang, Solo, dan lain sebagainya. Dengan pengunjung dari berbagai daerah itu, pihaknya menyiapkan langkah-langkah yang memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung yang datang.
“Karena mereka di sini itu ada yang langsung pulang, ada yang menginap, bahkan bisa sampai dengan 10 hari menginap di sini,” tutur Kepala Desa yang menjabat dari 2019 hingga 2025 itu.
Didik mengatakan, petapa itu akan menyebar di sekitar 68 petilasan, seperti pertapaan eyang buyut Sakri, pertapaan Lokojoyo, pertapaan Saloko, pertapaan Patih Gajah Mada, pertapaan Abiyoso, pertapaan Puntodewo, dan pertapaan Ayangkesi.
Baca juga: Resmi Jadi Kampung Adat, Dukuh Semliro Rahtawu Terlarang Bagi Investor
“Pada malam satu sura di masing-masing pertapaan di Desa Rahtawu ini ramai semua,” jelasnya.
Salah satu pengunjung, Sugiono mengaku setiap tahunnya pergi berziarah ke tempat pertapaan di desa tersebut. Menurutnya, ia bersemedi di tempat-tempat leluhur, meneruskan orang-orang zaman dulu.
“Disini kita memohon kepada Gusti Allah, memohon keselamatan, keberkahan sama Gusti Allah. Saya rutin ke sini setiap satu sura sama bulan Mulud 10-12, dari mulai umur saya 23 tahun, sejak tahun 1978,” pungkasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin