BETANEWS.ID, KUDUS – Pagi itu suara sirine Pabrik Gula (PG) Rendeng Kudus meraung. Lalu lalang kendaraan yang melintas di depan PG Rendeng pun segera dihentikan. Setelah itu, ada barongan menyeberang dengan diikuti beberapa orang yang masing-masing membawa satu tebu yang dihias.
Dua tebu paling depan terlihat ditempel nama pria dan wanita yakni Bagus Setyo Raharja dan Roro Gendis Ayu. Dua tebu yang dinamai itu adalah pengantin tebu yang akan dikawinkan sebagai ritual dimulainya giling tebu di PG Rendeng Kudus.
Usai melewati gerbang pabrik, iringan pengantin tebu pun berhenti. Kemudian beberapa staf PG Rendeng maju ke tempat yang ditentukan. Tampak pengantin tebu putri diserahkan kepada asisten kepala tanaman PG Rendeng. Kemudian dilanjut diserahkan kepada set operation PG Rendeng.

Baca juga : Jauh Sebelum Belanda Datang, Gula Sudah Diproduksi Masyarakat di Jawa (2/5)
Selanjutnya diserahkan kepada Manajer PG Rendeng. Kemudian diserahkan kepada Asisten Kepala Afka PG Rendeng. Prosesi yang sama juga dilakukan pada pengantin tebu pria. Namun, setelah diserahkan kepada manajer, kemudian diberikan kepada Asisten Kepala Penyeimbang PG Rendeng.
Setelah itu, tebu pengantin putri yang tadinya diserahkan dan dipegang oleh Asisten Kepala Afka PG Rendeng kemudian diserahkan lagi kepada Manajer PG Rendeng dan dilanjut diserahkan kepada Masinis Kepala PG Rendeng.
“Selanjutnya tebu pengiring mohon diserahkan kepada jajaran karyawan teknik dan pengolahan PG Rendeng yang sangat siap menerima,” aba dari pembawa acara dan langsung dilaksanakan.
Setelah itu, sepasang pengantin tebu dan tebu pengiring dibawa ke mesin penggiling. Dengan didahului bunyi sirine, mesin penggiling tebu di PG Rendeng Kudus pun menyala. Selanjutnya dengan diiringi musik gending pengiring pengantin, sepasang pengantin tebu dan tebu pengiring mulai dimasukan ke mesin penggiling oleh petinggi PG Rendeng serta para stokeholder.
“Prosesi ini adalah kirab pengantin tebu. Sebagai penanda akan dimulainya giling tebu di PG Rendeng, Kudus,” ujar Wiyono, Serikat Pekerja Perkebunan 9 Unit Kerja PG Rendeng kepada awak media, Selasa (10/5/2022).
Menurutnya, tradisi kirab pengantin tebu sudah dijalankan sejak dulu kala, setiap pabrik gula akan melakukan giling tebu. Hal itu dilakukan sebagai harapan kelancaran dan kesejahteraan semua pihak yang terlibat.
“Nama pengantin tebu pria dan putri itu kan dari dulu juga itu saja. Sebab nama yang dipilih itu memiliki makna kesejahteraan,” ungkapnya.
Sedangkan pemilihan tebu pria dan putri ditentukan melalui rapat bagian tanaman. Pertimbangannya dari panjang atau tinggi, serta umur tebu.
Baca juga : Setelah Merdeka Industri Gula Meredup, Zaman Soeharto Makin Jatuh (4/5)
“Panjang tebu minimal empat meter. Usia tebu juga termasuk sebagai bahan pertimbangan penentuan tebu pengantin,” kata dia.
Kirab tebu pengantin itu pun jadi tontonan warga sekitar. Salah satu warga yakni Giyanti mengaku, setiap ada kirab pengantin tebu di PG Rendeng selalu menonton. Bahkan hal itu dilakukannya sejak usianya masih belia.
“Rumah saya kan deket sini. Jadi dari kecil itu setiap ada kirab pengantin tebu saya pasti nonton. Senang saja melihatnya, sebagai tradisi dimulainya giling tebu, semoga lancar,” ucapnya mendoakan.
Editor : Kholistiono

