31 C
Kudus
Sabtu, Mei 24, 2025

Desa Kaliwungu, Saksi Pelarian Sultan Hadirin saat Kalah Perang dengan Arya Penangsang

BETANEWS.ID, KUDUS – Rimbunnya pohon tampak menaungi sebuah bangunan. Bangunan bata merah yang disusun itu terlihat aestetik. Di dalam bangunan terlihat gentong dan sumber mata air. Itu adalah cikal bakal dukuh, desa, sekaligus Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus.

Kepala Dusun (Kadus) Kaliwungu yakni Mashuri mengatakan, di Kabupaten Kudus hanya di situ saja yang mana nama dukuhnya, desa dan kecamatan itu sama, yakni Kaliwungu. Menurutnya, hal itu ada sejarahnya.

Baca juga : Sejarah Masjid Langgardalem: Dibangun Sunan Kudus, tapi Tak Digunakan untuk Salat Jumat

-Advertisement-

“Sejarah Dukuh, Desa dan Kecamatan Kaliwungu itu tak terlepas dari perebutan kekuasaan Kerajaan Demak antara Sultan Hadirin Adipati Jepara dan Arya Penangsang Adipati Blora,” ujar Mashuri kepada Betanews.id, Kamis (17/2/2022).

Dia mengatakan, bahwa desanya dulu awalnya adalah sebuah jalan yang ada sumber mata air dan sungai. Saat terjadi pertarungan antara Arya Penangsang dan Sultan Hadirin di Kudus, Sultan Hadirin yang terluka lari ke arah barat.

Dalam pelarian itulah, darah yang keluar dari lukanya sangat banyak sampai Jember sehingga jadi Desa Jember, yang sekarang Perempatan Jember. Kemudian, Sultan Hadirin merambat ke barat jadi Desa Prambatan, Kecamatan Kaliwungu, Kudus.

Sultan Hadirin pun lari lagi dan menemukan sungai yang sampingnya ada sumber mata air. Di tempat tersebut, Sultan Hadirin membersihkan lukanya. Karena dijadikan tempat membersihkan lukanya hingga air sungai dan sendang yang bercampur darah berubah warna jadi ungu.

“Saat itulah, kemudian Sultan Hadirin bersabda, kelak ada rejoning zaman (ramainya zaman) tempat ini akan bernama Kaliwungu. Benar saja, kata dia, saat ini tempat tersebut bernama Dukuh Kaliwungu. Yang sekaligus, nama Kaliwungu juga jadi nama desa dan kecamatan,” terangnya.

Menurutnya, pada masa itu desanya masih berupa jalan. Sehingga memang dijadikan jalur transportasi berkuda antara Kudus dan Jepara. Bahkan dulu itu, sumber mata air di situ dijadikan tempat istirahat, sekaligus minum air sendang.

Baca juga : Sejarah Kiai Telingsing, Ulama Tionghoa Penyebar Agama Islam di Kudus

“Dulu desa kami ini jalan. Kalau jalan raya itu kan bangunan belanda,” bebernya.

Dia mengatakan, di tempat bersejarah awal mula nama Kaliwungu itu, setiap tanggal 1 Muharam selalu ada kegiatan mengaji serta sedekah bumi yang melibatkan seluruh warga desa.

“Tradisi itu mash dilakukan hingga kini. Intinya untuk menguri-uri budaya leluhur. Agar berkah dan tercipta kerukunan antarwarga,” jelasnya.

Editor : Kholistiono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER