BETANEWS.ID, KUDUS – Di tepi utara jalan Desa Honggosoco, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus tampak sebuah bangunan bercat warna hijau. Di bangunan bagian barat tampak sebuah retail sepatu, sandal dan tas, yang lagi ramai aktivitas jual beli. Di sana, terlihat beberapa wanita begitu cekatan melayani pelanggan yang datang. Bangunan tersebut yakni Pondok Pesantren Entrepreneur Al-Mawaddah.
Pengasuh Ponpes Entrepreneur Al-Mawaddah KH Sofiyan Hadi (44) menjelaskan, tempat menimba ilmu yang berdiri 2008 lalu itu mengadopsi ajaran Sunan Kudus yakni Gusjigang. Falsafah tersebut merujuk pada bagus, ngaji, dan berdagang. Menurutnya, agar populer di kalangan milenial, Gusjigang tersebut dikembangkan jadi spiritual, leadership, dan entrepreneur.
“Tujuan kami, agar para santri yang mondok di ponpes kami bagus dalam spiritual, menonjol dalam agama, dan mandiri dalam ekonomi melalui wirausaha,” ujar pria yang akrab disapa Sofiyan kepada Betanews.id, Sabtu (1/5/2021).
Baca juga: Dibangun di Gulang, NU Center Akan Berisi Ponpes, Perguruan Tinggi, Hingga Rumah Sakit
Sofiyan menambahkan, Ponpes Al-Mawaddah ini memiliki beberapa sektor usaha produktif yang dijadikan ajang latihan para santri untuk berwirausaha. Tentunya selain menghafal Alquran dan kuliah. Sebab syarat wajib jadi santri di ponpes tersebut adalah mahasiswa.
“Untuk kegiatan, selain kuliah di universitas masing-masing, para santri harus mengikuti tanfidz Alquran serta mengikuti program kewirausahaan. Satu lagi yang penting, kalau sudah nyantri di Ponpes Entrepreneur harus sudah tidak terima uang dari rumah atau minta uang pada orang tua mereka,” bebernya.
Sebab, lanjut Sofiyan, para santri nanti diajari hidup mandiri dengan ikut aktif di unit usaha yang dimiliki pesantren. Di antaranya toko sendal, sepatu, serta tas. Ada juga kebun eduwisata, penjualan bahan bakar minyak, dan lain sebagainya. Mereka ada yang jadi kasir, bagian pelayanan, pembukuan, dan lainnya. Tidak hanya itu saja. Para santri juga wajib untuk laporan pendapatan mereka dan kegiatan berniaga setiap akhir bulan.
“Jangan salah ya, Ponpes Entrepreneur Al-Mawaddah bukan pesantren yang mempekerjakan santri. Namun, mereka itu belajar langsung berwirausaha. Para santri juga merupakan reseller beberapa produk jualan dari ponpes kami. Sehingga mereka punya penghasilan,” jelasnya.
Baca juga: Gagal Kejar Dunia, Alif Fokus Akhirat dengan Dirikan Ponpes untuk Kaum Duafa
Dia membeberkan, saat ini santri di Ponpes Entrepreneur Al-Mawaddah ada 75 santri. Sebenarnya banyak yang berminat untuk nyantri di ponpes miliknya. Namun karena keterbatasan sarana, sehingga jumlah santri tidak bisa lebih dari yang sudah ditentukan.
“Sekarang itu bila ingin nyantri di ponpes kami harus ada santri yang lulus atau keluar dulu. Kecuali bila gedung tiga lantai di belakang sana sudah selesai dibangun, kami bisa menerima santri lebih banyak lagi,” beber Sofiyan.
Untuk lulus, santri di tempat tersebut butuh waktu empat tahun. Setelah lulus, banyak santri langsung mendirikan usaha. Menurutnya, ada sekitar 50 santir yang kini punya usaha. Ada juga yang milih berwirausaha sembari lanjut kuliah ambil magister.
“Pokoknya kami ajarkan kepada santri kami itu Bagus Ngaji dan berdagang (Gusjigang). Di masa kini santri harus punya jiwa spiritualis, leadership, dan enterpreneur, agar para santri di Ponpes Al-Mawaddah kelak bisa jadi pengusaha,” tandasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin