BETANEWS.ID, KUDUS – Suara lantunan ayat suci Alquran terdegar di sebuah ruang di Pondok Pesantren Nun di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Jati, Kudus. Di ruangan tersebut puluhan anak sedang menghafal surat – surat Alquran dengan bimbingan seorang ustadz. Di ruangan tersebut, juga terlihat seorang pria berjenggot, yakni Muhammad Alif Nasrudin (41) Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Nun.
Seusai kegiatan hafalan Alquran, pria yang akrab disapa Alif itu sudi berbagi kisah merintis mendirikan pondok pesantrennya. Dia mengatakan, merintis Ponpes Nun sejak 2014. Sebelum mendirikan ponpes, dia terlebih dulu merintis beberapa usaha untuk meraih dunia. Namun, kata dia usahanya itu gagal semua.
Baca juga : Puluhan Pesantren di Kajen Pati Bentuk Satgas Jogo Santri
“Sebelumnya, istri saya punya usaha stimulasi otak anak. Sedangkan saya jadi trainer usaha. Namun usaha kami tidak jalan semua. Karena gagal mengejar dunia, kami pun lillahita’ala mengejar akhirat,” ujar Alif kepada betanews.id, Selasa (13/10/2020).
Pria yang sewaktu muda nyantri di Ponpes Modern Arrisala Ponorogo selama enam tahun itu menuturkan, setelah usahanya tidak jalan, karena belum punya rumah, ia pun mengontrak rumah di Desa Pasuruhan, Kecamatan Jati, Kudus untuk dijadikan tempat tinggal sekaligus penitipan anak berbasis Alquran. Berjalan satu tahun kemudian, ia pindah ke Desa Prambatan dan mendirikan tempat ngaji sekaligus hafalan Alquran.
“Semua yang kami jalankan itu gratis semua. Tanpa ada biaya sepeserpun. Sebab saat semua saya gratiskan, maka semua kebutuhan jadi urusan Allah. Santri yang ikut hafalan saat itu ada sekitar 50 anak. Anehnya, meski gratis semua, kami tidak hidup kekurangan, rezeki ada saja,” bebernya.
Berjalan satu tahun, lanjutnya, bersama istrinya ia berinisiatif mendirikan pondok pesantren khusus untuk yatim, piatu, dan anak terlantar. Serta biar tidak pindah – pindah. Toh, kata dia lokasi juga sudah ada tanah warisan dari orang tua istrinya. Namun, memang saat itu dia hanya punya uang Rp 15 juta.
“Alhamdulillah meski bertahap, Ponpes Nun bisa berdiri. Ada asrama putra dan putrinya juga. Donatur hamba – hamba Allah ada saja yang bersodakoh,” ungkapnya.
Dia mengatakan, para santri dan santriwati di Ponpes Nun tidak dipungut biaya sama sekali. Sebab Ponpes Nun itu diperuntukkan empat golongan, yakni anak yatim, anak piatu, anak terlantar atau duafa dan anak Sabilillah, atau anak dari orang tua yang juga berjuang di jalan Allah. Selain gratis, kebutuhan mereka dari makan, minum, pakaian, sabun dan lainnya di tanggung olehnya. Setiap hari ia juga memberikan uang saku kepada para santri dan santriwatinya.
Sebab tuturnya, anak didiknya itu hampir semua masih anak – anak. Sehingga mereka itu pasti butuh jajan. Karena dia adalah pengganti orang tua mereka, jadi dialah yang menanggung uang saku dan kebutuhan lainnya. Tujuannya agar para santri itu kerasan dan tidak teringat dengan pahit kehidupan mereka.
“Saat ini santri dan santriwati Ponpes Nun ada 40 orang. Saya bersyukur, selama ini tidak pernah kekurangan menanggung biaya hidup santri kami. Alhamdulillah ada saja para dermawan yang sudi berbagi kepada kami untuk membantu biaya kehidupan santri dan proses pembangunan,” ungkapnya.
Baca juga : Santri Pondok Assalam Mulai Berdatangan, Petugas Puskesmas Lakukan Skrining
Dia menuturkan, para santri dan santriwati di Ponpes Nun diberi pelajaran hafalan Alquran, akidah akhlak, kitab kuning, diajari aktif berbahasa Arab dan Inggris. Serta diberi pelatihan untuk kemandirian skil mereka.
Dia berharap, kelak para santri itu bisa jadi manusia tangguh, punya kemandirian ekonomi, berbudi luhur, dan berpegang teguh pada Alquran.
“Semoga para santri dan santriwati kami, kelak jadi manusia yang berguna bagi Nusa, bangsa dan agamanya,” harapnya mantab.
Editor : Kholistiono