BETANEWS.ID, KUDUS – Siti Murni mengeluarkan bekal nasi bungkus yang dibawanya. Kemudian ia menyuapi anaknya yang masih berusia tiga tahun. Beberapa kali dia harus menghentikan suapan tersebut, karena ada pembeli pisang yang menghampiri lapaknya di tepi Jalan Veteran atau tepatnya di sebelah barat toko CMC, Desa Glantengan, Kecamatan Kota, Kudus.
Sedangkan sang suami, yaitu Ahmad Nailul Faiz yang ikut menunggui dagangan pisang itu, juga terlihat membantu menata pisang yang sudah dipotong per sisir tersebut.
![](https://i0.wp.com/betanews.id/wp-content/uploads/2021/01/20210107_BETANEWS_KU_Penjual-Pisang_2.jpg?resize=600%2C360&ssl=1)
Baca jug : Kisah Inspiratif Difabel Rintis Bisnis Gamis yang Kini Pembelinya dari Seluruh Indonesia
Ditemui betanews.id, Siti mengungkapkan, dirinya dan suami berjualan pisang di pinggir jalan sudah sejak dua pekan lalu. Awalnya, mereka berdua berjualan di Pasar Bitingan. Namun karena tidak dibolehkan berjualan di area itu lagi, mereka pindah berjualan di pinggir jalan. Hal itu dilakukannya demi untuk bertahan hidup, mencari nafkah untuk keluarganya.
Siti mengungkapkan, dalam kesehariannya dirinya dan suami berjualan pisang raja, pisang ijo, pisang emas, pisang putri, pisang pipit dan pisang sobo. Selain itu, mereka juga menyediakan cabai, bawang merah dan bawang putih.
“Untuk harganya berbeda-beda, karena jenis pisangnya juga beraneka ragam. Pisang raja per sisirnya Rp 15 ribu, pisang ijo Rp 20 ribu, pisang emas Rp 15 ribu, pisang putri Rp 10 ribu, dan pisang sobo Rp 15 ribu,” rinci Siti di lapaknya tersebut.
Menurutnya, dirinya memilih untuk berjualan pisang, karena pisang mudah jualnya dan banyak orang yang mengkonsumsinya. Katanya, kebanyakan pembelinya masyarakat di sekitar lapaknya dan orang yang melewati tempatnya berjualan. Dalam sehari sedang ramai bisa menjual 30 sisir dan pernah juga 5 sisir karena lagi sepi.
“Untuk penjualan tidak bisa di pastikan ya, mas. Karena kan kadang sepi dan juga ramai,” ungkapnya.
Baca juga : Demi Bantu Ibunya yang Janda, Remaja Lulusan SD Ini Rela Jadi Manusia Silver
Karena mereka tidak mempunyai tempat permanen untuk berjualan, sehingga ketika hujan tiba, mereka harus berteduh dengan menggunakan payung saja.
“Saya berharap semoga kedepannya usaha saya ini bisa berkembang dan terus laris. Saya juga berkeinginan untuk menyekolahkan anak saya, supaya bisa seperti orang pada umumnya,” tutupnya.
Editor : Kholistiono