31 C
Kudus
Jumat, Juni 20, 2025

Tak Diperhatikan Pemkab, Kisah Pilu Pembuat Caping Kalo yang Terancam Punah

BETANEWS.ID, KUDUS – Rumah almarhum Kamsin, pengrajin caping kalo legendaris, tampak sepi siang itu. Di hunian yang berada di RT 7 RW 4 Desa Gulang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus tersebut hanya terlihat seorang anak perempuan yang sedang bermain. Tak terlihat ada aktifitas pembuatan caping pakaian adat Kudus meski sudah mendekati Hari Jadi Kabupaten Kudus.

Menurut gadis belia itu, ayahnya, Kamto (51), yang jadi generasi penerus pembuatan caping sedang bekerja di tempat lain. Dengan bergegas, dia kemudian mengayuh sepedanya menuju tempat mencari rezeki ayahnya.

Kamto menunjukkan caping kalo pakaian adat Kudus yang sudah dibuat secara turun temurun di keluarganya. Foto: Rabu Sipan.

Sekitar 10 menit kemudian, anak gadis itu pulang diiringi oleh ayahnya yang juga naik sepeda. Setelah bebersih, Kamto kemudian menceritakan betapa sepinya pesanan caping adat Kudus tersebut. Dia mengatakan, kegiatan membikin caping untuk pakaian adat Kudus dikerjakan kalau ada pesanan saja.

-Advertisement-

“Saya membikin caping adat Kudus itu kalau ada pesanan saja. Biasanya menjelang Hari Kartini dan hari ulang tahun Kudus itu banyak pesanan. Namun, untuk tahun ini, sampai hari ini belum ada pesanan sama sekali. Mungkin karena ada corona,” ujar Kamto kepada Betanews.id, Senin (21/9/2020).

Baca juga: Tak Ada Pesta Meriah, Hari Jadi Kabupaten Kudus Diisi dengan Kegiatan Ini

Pria yang sudah dikaruniai dua anak itu melanjutkan, mulai ikut membuat caping adat Kudus sejak lima tahun terakhir, sejak ingatan ayahnya mulai berkurang. Sejak saat itu, ia mulai membantu menyediakan bahan, serta membantu pembuatan caping kalo. Meski dia akui, sebenarnya tidak ada minat untuk meneruskan jejak ayahnya membikin caping adat Kudus.

“Sebenarnya saya itu tidak berminat mengikuti jejak ayahku untuk jadi perajin caping adat Kudus. Namun, karena banyaknya permintaan masyarakat agar caping itu tidak punah. Saya pun bersedia melanjutkan kiprah almarhum ayah saya untuk membikin caping adat Kudus,” bebernya.

Bahkan menurutnya, membuat caping adat Kudus itu kalau dihitung-hitung, penghasilan sama modal dan tenaga pembuatan itu tidak sesuai. Selain itu, lakunya juga susah, hanya di waktu tertentu saja. Belum lagi proses pembuatannya yang njlimet, tentu dibutuhkan ketelitian dan kesabaran. Sehingga butuh waktu lumayan lama untuk menyelesaikan caping adat Kudus tersebut.

“Butuh waktu sepekan untuk bisa menyelesaikan dua caping yang biasa digunakan untuk Tari Kretek tersebut. Sedangkan harga jual satu caping itu Rp 300 ribu. Harga tersebut masih kepotong modal bahan dan tenaga,” jelasnya.

Baca juga: Empat Kelas di SDN 2 Purwosari Atapnya Terancam Ambruk

Oleh sebab itu, tuturnya, pembuatan caping adat Kudus dikerjakan saat ada pesanan saja. Kalau tidak ada, ia pun bekerja jadi penjahit di usaha konveksi milik tetangganya. Menurutnya, hal tersebut harus ia lakukan agar dapur keluarganya tetap ngebul.

“Kalau hanya mengandalkan hasil dari pembuatan caping adat Kudus, ya bisa nggak makan. Lakunya susah, pemesan bisa dibilang jarang sekali. Sebulan sekali belum tentu ada pemesan,” ungkapnya.

Untuk menyetok caping dan mengirimkannya ke bakul kerajinan bambu, itu juga tidak mungkin. Soalnya, peminatnya sangat jarang sehingga lakunya lama. Mereka tidak mau resiko, kalau caping adat Kudus lama tidak laku dan nanti rusak mereka harus mengganti. Selain itu, tentu masalah modal.

“Saya tidak punya modal. Modal pembuatan caping adat Kudus itu lumayan mahal. Satunya itu modalnya Rp 230 ribu. Kalau saya harus nyetok, modalnya dari mana? Sedangkan peminat caping adat Kudus itu sangat jarang dan hanya ada di hari-hari tertentu saja,” bebernya.

Baca juga: 20 Tempat di Kudus Ini ‘Haram’ untuk Jualan Jika Perbup Zona PKL Disahkan

Dia berharap pihak terkait di Kabupaten ikut campur agar caping adat Kudus itu tidak punah. Entah bagaimana caranya, mereka mungkin lebih tahu. Serta ia mengajak para generasi sekarang lebih menghargai kerajinan khususnya kerajinan tentang adat dan budaya Kudus.

“Semoga pemerintah ada perhatian dalam melestarikan keberadaan caping adat Kudus ini,” pungkasnya.

Editor: Ahmad Muhlisin

1 KOMENTAR

  1. Lha gmn lagi pak… caping kalo khas kudus yg KW aj sudah 150rb… yg asli bs 500rb-jutaan an
    Coba deh harga murah pasti jg peminat lumayan… mereka lebih tertarik untuk sewa caping khas kudus itu di banding harus memilikinya… seharusnya setiap rumah wajib punya 1 gtu atau gmn gtu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER