BETANEWS.ID, KUDUS – Seorang pria paruh baya terlihat sibuk di dalam rumah yang berada di RT 3 RW 3 Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Dia terlihat merebus air berwarna merah muda. Setelah mendidih, air berwaran merah dituangkannya gula pasir dan diaduk hingga berulang – ulang. Pria tersebut yakni Sumarlan, pemilik usaha produksi sirup parijoto.
Seusai menyelesaikan pembuatan sirup parijoto, dia pun sudi berbagi kisah tentang usahanya tersebut. Dia mengatakan, dapat ide membuat sirup parijoto sejak 2015. Ide itu muncul karena keprihatinannya atas buah bernama latin Medinilia Speciosa. Menurutnya, setiap setelah akhir pekan parijoto yang banyak dijajakan di wisata Colo selalu terbuang sia – sia dikarenakan layu.
Baca juga : Lestarikan Peninggalan Sunan Muria dengan Bertani Parijoto, Suwono Bisa Panen 50 Kg Sehari
“Selama ini, parijoto dijual berupa buah. Sedangkan buah parijoto tidak tahan lama. Maksimal hanya mampu bertahan empat hari. Kalau dalam kurun waktu itu tidak terjual parijoto akan layu dan akan dibuang percuma,” jelasnya.
Dari situ, lanjutnya, ia berfikir andai parijoto bisa dibikin produk dan bisa bertahan lebih lama, serta tanpa mengurangi manfaatnya pasti tidak ada lagi parijoto yang terbuang percuma. Sehingga tercetuslah ide bikin sirup parijoto.
Dia mengaku butuh waktu sekitar tiga bulan untuk uji coba membikin sirup parijoto. Selama kurun waktu tersebut, sirup yang diproduksinya dibagikan gratis kepada teman – temannya. Dengan tujuan agar ia bisa mendapatkan masukan serta saran.
“Setelah mendapatkan komposisi yang pas. Saya pun mantab produksi sirup parijoto dan saya pasarkan lewat media sosial instagram @moelyo_official,” bebernya.
Selain dipasarkan lewat media daring, tuturnya, sirup parijoto produksinya itu juga dititipkan ke beberapa kios pedagang di komplek wisata Makam Sunan Muria. Selain itu ia juga punya beberapa agen penjualan di beberapa kota lain.
Di antaranya Pati, Kendal, Surabaya dan kota lainnya. Lewat media daring, beberapa kali dia dapat pesanan dari luar Pulau Jawa, yakni Pulau Kalimantan dan Sulawesi.
Untuk harga, tuturnya, sirup parijoto dijual mulai harga Rp 25 ribu untuk kemasan berisi 100 mililiter. Kemasan berisi 250 mililiter dipatok harga Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu. Sedangkan kemasan berisi 350 mililiter dibanderolnya Rp 60 ribu sampai Rp 70 ribu.
Sirup parijoto produksinya hanya berbahan parijoto dan gula pasir. Selain menimbulkan rasa manis, gula pasir bisa berfungsi jadi pengawet. Jika buah parijoto hanya mampu bertahan beberapa hari saja. Setelah diproduksi jadi sirup, bisa bertahan hingga sembilan bulan.
“Sirup parijoto kami tidak mengandung bahan kimia. Tanpa pemanis buatan, bahan pengawet dan bahan berbahaya lainnya. Jadi sangat aman untuk dikonsumsi setiap hari,” tandasnya.
Baca juga : Sayang Dilewatkan, Ini Oleh-oleh Khas Lereng Gunung Muria
Dia berharap, adanya sirup parijoto orang punya banyak pilihan mengkonsumsi buah peninggalan Sunan Muria ini. Bagi yang suka rasa masam bisa beli buah parijoto. Namun bila ingin merasakan parijoto dengan rasa manis bisa beli sirup parijoto produksi CV Argo Mulyo miliknya.
“Semoga saja usaha saya makin lancar. Peminat sirup parijoto makin banyak. Sehingga bisa mengangkat ekonomi petani lokal dan bisa membuka lowongan pekerjaan untuk orang banyak,” harap Sumarlan.
Editor : Kholistiono