BETANEWS.ID, KUDUS – Di dalam ruangan salah satu rumah di Desa Undaan Kidul, Kecamatan Undaan, Kudus tampak drum berisi air berwarna hitam pekat. Air yang masih panas itu coba didinginkan dengan kipas angin. Di sampingnya ada beberapa perempuan sedang mengisi botol dengan air hitam tersebut, namun yang sudah dingin. Rumah itu yakni tempat produksi minuman jamu kontak yang begitu legendaris.
Izzatin Habibah (63), pemilik usaha tersebut menuturkan, minuman kontak itu memang begitu legendaris di Undaan. Minuman tersebut dirintis oleh eyangnya, kemungkinan 100 tahun yang lalu. Setelah Eyangnya mangkat, kemudian usaha itu diwariskan kepada ayahnya.
Karena dirinya anak pertama, usaha minuman jamu kontak itu dilanjutkannya, setelah ayahnya meninggal dunia pada tahun 1980. “Jadi saya itu generasi ketiga penerus usaha minuman kontak,” ujar perempuan yang akrab disapa Zattin kepada betanews.id, Sabtu (16/5/2020).
Baca juga : Kisah Jitun Olah Minuman Sari Rempah, Awalnya Tak Laku Sampai Berhenti Produksi
Sejak melanjutkan usaha pembuatan minuman jamu kontak, dia tetap menjaga resep leluhurnya. Tidak ada yang diganti sedikitpun. Dari bahannya sampai proses pembuatannya masih sama, tetap secara tradisional. Yang beda hanya, bila dulu pakai pakai kayu untuk memasaknya. Sekarang pakai gas.
Minuman kontak tuturnya, merupakan jamu taqwiyah yang dibuat dengan rempah yang berkhasiat mustajab. Yang bisa menghilangkan penyakit pegel linu, masuk angin, perut sakit, mules, meriang, demam panas, sekalor serta badan lemah.
Sedangkan bahan rempahnya antara lain, jahe, kunir, kunci, daun salam, kencur, sereh, kayu manis, blengke, merica, ketumbar, jinten, temu ireng, temulawak, jadam Arab/ sokan gula pasir, lengkuas, temu giring, jahe merah, serta cengkeh.
“Hampir ada 20 rempah yang dijadikan bahan pembuatan minuman jamu kontak. Itulah sebabnya, minuman kontak banyak khasiatnya dan manjur,. Sehingga diminati masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Setiap produksi tambahnya, bisa menghasilkan 350 botol jamu kontak, yang dijualnya dengan harga Rp 4 ribu sebotol. Dulu, saat raganya masih kuat, dia bisa rutin produksi minuman kontak tiga hari sekali. Tapi setelah sudah renta ini, terkadang produksi lima hari sekali atau sepekan sekali.
“Namanya juga badan tua Mas. Tidak bisa produktif kayak waktu muda. Sekarang gampang capek,” keluhnya.
Baca juga : Miris dengan Nasib Kopi Muria, Hikma Munculkan Brand Kopi Muria Wilhelmina
Perempuan yang sudah dikaruniai 11 cucu itu mengatakan, untuk pemasaran dipasrahkan kepada para putranya. Namun kata dia, selama ini paling banyak permintaan masih sekitaran Kecamatan Undaan saja.
Dia bersyukur dengan usaha minuman jamu kontak Cap Lampu Sepeda itu, ia bisa memintarkan semua anaknya. Sekarang mereka sudah ada yang punya usaha sendiri, ada jadi kiai, bahkan ada yang sudah haji.
“Aku juga bersyukur minuman jamu kontak cap lampu sepeda masih diminati hingga sekarang. Bahkan kalau agak lama tidak produksi, banyak tetangga yang menanyakan. Kata mereka sudah cocok dengan jamu kontak untuk sembuhkan badan pegel dan sakit lainnya,” tutupnya.
Editor : Kholistiono