SEPUTARKUDUS.COM, UMK – Ratusan orang terdiam saat seorang pria bertopi hitam berdiri di atas panggung. Bait demi bait puisi kemudian dibacanya, seraya menggoyangkan tubuh dan tangannya seirama dengan lantunan puisi. Dia adalah Mustafa Ismail (45), sastrawan dari Aceh yang tampil membawakan puisi dalam Apresiasi Sastra Dan Diskusi bertajuk “Kreatif Itu Keren”, di gedung Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK), Selasa (31/1/2017) malam.

Mustafa, begitu dirinya akrab disapa, menjadi bintang tamu dalam acara yang diselenggarakan Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus (Fasbuk). Redaktur Budaya Koran tempo tersebut mendapat apresiasi yang baik dari ratusan penonton yang hadir. Gaya Mustafa yang “meliuk-liuk” menjadikan penampilannya sangat khas dibanding penampil yang lain. Tepuk tangan bergemuruh setelah Mustafa menyudahi penampilannya.
Usai acara, Mustafa sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com tentang dunia kesusastraan. Dirinya tak menyangka bisa menjadi sastrawan seperti saat ini. Awalnya Mustafa hanya iseng menulis dan dikirim ke salah satu media di Aceh. Karena karyanya dimuat dan mendapat honor, dia ingin terus menulis agar mendapat uang.
“Saya mulai tekun menulis sejak SMA. Saya pernah mengirim karya ke media di Aceh dan dimuat. Nah sejak itu saya merasa menulis bisa mendapatkan uang ya. Lalu saya mulai tekun menulis. Kalau suka menulis sudah sejak SMP, tapi belum menekuni”, ungkap Mustafa.
Dia berharap di Kudus lebih sering membuat forum diskusi sastra seperti yang telah diselenggarakan Fasbuk. Bisa diskusi-diskusi kecil satu pekan sekali, tujuh atau delapan orang berkumpul berdiskusi dengan membawa karyanya untuk saling evaluasi. Tidak hanya di Kudus, Mustafa juga berharap di setiap daerah ada forum-forum diskusi dan apresiasi sastra.
“Penting forum-forum diskusi seperti ini, karena teman-teman butuh masukan dan perbandingan untuk terus berkembang. Seperti di Jogja, sudah banyak forum-forum diskusi, sehingga bermunculan generasi-generasi sastrawan muda,” jelasnya pria kelahiran Aceh itu.
Iwan Gunadi (48) yang juga menjadi narasumber dalam diskusi yang diselenggarakan usai pembacaan puisi, sangat mengapresiasi penampilan penyair muda di Kudus. Menurutnya, sudah berani tampil saja sudah bagus, karena itu modal penting untuk menjadi seorang penyair. Selain keberanian, dia juga berpesan untuk terus menulis dan terus membaca, dua hal itu harus dilakukan jika ingin pandai menulis.
“Penampilan adik-adik tadi sudah bagus, yang penting berani tampil dulu. Dan jangan lupa, jika ingin pandai menulis harus terus menulis dan terus membaca. Karena tulisan yang bagus membutuhkan diksi yang kuat dan bahasa yang padat”, ujar pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat itu.
Jumari HS, sastrawan Kudus yang menjadi moderator diskusi, ingin selalu memotivasi penyair-penyair muda Kudus agar muncul generasi-generasi baru. Dia juga berpesan kepada sastrawan muda Kudus untuk terus berjejaring, dengan jaringan akan membantu seorang sastrawan untuk lebih berkembang.
“Saya berharap generasi-generasi penyair muda di Kudus akan muncul dan berkembang. Saya ingin terus memberi motivasi, belajar bersama dan berdiskusi. Terus berjejaring, karena butuh jaringan untuk seorang sastrawan agar dapat terus berkembang,” tuturnya.