bayang-bayang wajah pada gambar seorang laki-laki. Sesekali dia mudur
kebelakang untuk melihat keseluruhan gambar grafitinya.
Seniman grafiti asal Purworejo membuat gambar di tembok tak jauh dari Gedung JHK Kudus. Foto: Imam Arwindra |
menurutnya disukai karena hasilnya lebih hidup.
“Selain itu, saat suasana hati sedang
tidak enak dan pusing, saya meluapkannya dengan menggambar grafiti jenis realis. Saat
selesai menggambar, rasanya lega,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com yang datang sendirian ke Kudus
untuk mengikuti kegiatan.
karakter wajah sedih. Saat tidak ada media tembok untuk pelampiasan, dia menggunakan
kertas. Saat membuat grafiti di tembok, dia mengaku menghabiskan uang Rp 200 ribu untuk sekali
menggambar. “Saya membuat grafiti tidak hanya di Purworejo saja. Biasanya saya
keliling ke Solo, Semarang, Wonosobo dan Kudus,” tambahnya yang mengenakan kaos
hitam.
berimajinasi dan muncullah hasil karya tersebut. Kepada Seputarkudus.com dia
mengatakan mulai menekuni dunia grafiti sejak tahun 2012. Dia hanya fokus pada
jenis realis saja. Untuk grafiti yang jenis font atau yang lainnya belum
dikuasainya. “Ini juga masih proses belajar. jadi harus fokus. Untuk jenis yang
lainnya saya belum bisa,” tambahnya.
kecil. Menurutnya, harus mempunyai cap tertentu supaya cairan pilok yang keluar
tidak besar. Selain itu penyemprotan cat harus lebih hati-hati. “Jika ukuran besar
ya pasti lebih mudah,” jelasnya.
Danang (22), panitia kegiatan tersebut mengungkapkan, kegiatan yang
dilakukan Kudus Street Art yakni bertajuk Youth Line IV. Menurutnya, seniman grafiti yang hadir diberikan kebebasan untuk menggambar sesuai dengan
karakternya masing-masing. Peserta yang hadir sebanyak 22 orang, baik dari Kudus maupun luar kota. “Ada dari Yogjakarta, Purworejo, Semarang, Jepara, dan
Purwodadi,” tuturnya.
karakter. Menurutnya, kali ini yang hadir tidak lagi seorang pemula, melainkan sudah
terbiasa dalam membuat grafiti. Dalam setahun, kata Danang, komunitasnya membuat
kegiatan dua kali, yakni Kudus Street Art Tack bulan Juni di Kopi Cilik dan
Youth Line yang sedang berjalan.
Pada waktu mendatang, Danang berharap, seni grafiti dapat lebih dikenal oleh
masyarakat. Pihaknya juga siap jika dari instansi Pemerintah memberikan
kesempatan membuat grafiti atau mural untuk menghias Kabupaten Kudus terutama terkait dunia
pariwisata. “Jika itu murni untuk dunia pariwisata kami bersedia. Kelihatannya
indah seperti ada di Semarang dan perkampungan di Brazil,” terangnya.