nyaring di aliran sungai Desa Dukuhwaringin, Kecamatan Dawe, Kudus. Aliran
sungai tersebut bersumber dari air terjun Kedung Gender setinggi sekitar
15 meter. Sekilas kondisi air terjun yang baru-baru ini dibuka untuk umum
seperti air terjun Montel yang berada di Desa Colo, debit air besar dan bisa
digunakan untuk berenang.
Sejumlah pengunjung menikmati pemandangan di lokasi air terjun Karang Gender, Desa Dukuhwaringin, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Foto-foto: Imam Arwindra |
ditemui Seputarkudus.com, akhir pekan beberapa waktu lalu, air terjun Montel masih kalah bagus dengan air terjun Kedung Gender.
Dia beralasan, air terjun Kedung Gender kondisinya masih alami dan pemandangan lebih indah. “Ini saja airnya segar sekali,” ungkapnya.
air terjun Kedung Gender dari temannya yang bertempat tinggal di Desa Colo.
Saat pertama kali datang dia terkagum dengan kondisinya yang indah. Menurutnya,
dia sudah dua kali datang di lokasi yang sama. “Saya tahu ini dari teman
di Colo. Ini anak saya sampai nyebur bermain air,” tuturnya.
masih baru, karena baru dibuka untuk umum. Dia mengusulkan, akses menuju ke lokasi air
terjun dibuat lebih baik dan aman. Selanjutnya, warung-warung yang berada di
kawasan air terjun agar ditata lebih rapi lagi.
“Sudah bagus. Ini saja
sudah disediakan karung sampah untuk pengunjung. Namun ditata lebih baik lagi
supaya lebih indah,” jelasnya.
menuturkan, air terjun yang dikelolanya bersama masyarakat Desa Dukuhwaringin
baru dibuka untuk umum tanggal 26 Agustus 2016. Menurutnya, debit air terjun setinggi sekitar 15 meter tersebut tidak pernah kering.
“Saat musim kemarau di Montel biasanya kering, di sini (air terjun Kedung
Gender) tidak pernah kering walau air yang keluar sedikit,” ungkap dia
yang rumahnya dekat dengan akses masuk air terjun.
lama ada, namun belum diketahui khalayak umum. Dulu, sebelum dibuka untuk umum sering
digunakan untuk bermain anak-anak Desa Dukuhwaringin. Karena melihat
potensi pariwisata yang bagus, akhirnya pemuda desa yang tergabung dalam
Organisasi Pemuda Talang Wesi (Opsi) beserta masyarakat desa Dukuhwaringin
bergotong royong membuat akses jalan menuju lokasi.
“Pertama
kali yang hadir seingat saya ada 15 orang. Mungkin karena sering difoto dan di-posting di media sosial akhirnya pengunjung semakin bertambah,” terang
dia.
Dia yang juga Wakil Ketua Opsi itu menuturkan, saat ini
pengunjung yang datang lebih dari 100 orang setiap hari. Menurutnya,
jumlah tersebut akan meningkat dua kali lipat saat akhir pekan. “Pengunjung
yang datang tidak dipungut uang, alias gratis. Cuma membayar parkiran Rp 3
ribu. Itu juga untuk biaya pembangun lokasi wisata,” ungkapnya.