gedung yang terletak di Jalan AKBP R Agil Kusumadya, Desa Getas Pejaten, Kecamatan
Jati, Kudus. Gedung berlantai dua bewarna hijau itu memiliki halaman yang
luas. Gedung tersebut yakni Gedung Pengurus Daerah
Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Jam’iyyatul Hujjaj Kudus (JHK). Lokasi gedung itu menjadi saksi bisu perlawanan tentara terhadap pasukan Belanda.
![]() |
Gedung JHK Kudus, Jalan R Agil Kusumadya, Kudus. Foto: Imam Arwindra |
Yusuf meceritakan, sebelum menjadi Gedung JHK, lokasi itu pernah digunakan sebagai markas tentara Kudus. Sebelum digunakan sebagai markas, lokasi tersebut merupakan pabrik rokok merek Bal Tiga milik Nitisemito, seorang pengusaha rokok kretek Kudus yang melegenda.
“Dia
(Nitisemito) terkenal dengan julukan Raja Kretek. Dia kaya dan asetnya banyak,”
tuturnya kepada Seputarkudus.com di kediamannya, Desa Mlati Lor, Kecamatan Kota, Kudus, belum
lama ini.
miliknya. “Wah kalau detail di mana saja kurang tahu. Namun untuk Gedung JHK
dulunya Pabrik Rokok Bal Tiga miliknya Nitisemito,” terangnya.
![]() |
Pabrik rokok kretek merek Bal Tiga milik Nitisemito. Foto: KITLV |
pasukan Belanda. Menurutnya, pascakemerdekaan Indonesia tahun 1945, fasilitas pemerintahan dan militer belum merata,
termasuk Kudus. “Akhirnya Nitisemito memberikan tempat produksi rokoknya untuk
markas tempur dan asrama tentara,” tuturnya.
“Saat
itu belum ada TNI (Tentara Nasional Indonesia). Pasukan tersebut populer dengan nama Pasukan Teklek. Mereka kebanyakan dari kalangan santri,” terangnya.
![]() |
Eddy Yusuf. Foto: Imam Arwindra |
sumber, Nitisemito sering membiayai kebutuhan perang pasukan Indonesia. “Presiden
Soekarno pun pernah berkunjung ke rumah Nitisemito. Ada sumber mengatakan, Nitisemito memenuhi semua kebutuhan Soekarno,” jelasnya.
Dari cerita perjalanan Batalion 426 pasca agresi milter kedua di Kudus, menurut Eddy mereka terindikasi mengikuti gerakan Darul Islam (DI)/ Tentara Islam Indonesia (TII)/Negara Islam Indonesia (NII). Selain itu mereka juga merampok saudagar-saudagar untuk kebutuhan pasukan.
“Pada akhirnya Batalion 426 berperang dengan Diponegoro (Tentra teritorial IV Diponegoro). Ada yang gugur ada pula yang kabur ke Klaten,” tuturnya.