SEPUTAR KUDUS – Ilustrasi |
SEPUTAR KUDUS – Bencana tanah longsor yang terjadi di Dukuh Kambangan RW 6, Desa Menawan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Selasa (21/1/2014), menyisakan kepedihan mendalam. Tak hanya dirasakan masyakat di dukuh tersebut, namun juga warga Kudus pada umumnya. Bagi sebagian besar masyarakat, peristiwa pilu itu merupakan peristiwa geologi. Namun, sebagian masyarakat di Kambangan percaya, musibah tersebut terjadi karena mitos ular naga yang bentuknya sangat besar.
Sebagain warga disana mempercayai mitos adanya ular naga yang mengakibatkan longsoran bukit yang menimpa belasan rumah di RW 6. Bencana yang menyebabkan 12 warga tertimbun longsor tersebut menurut sebagian warga tak sekedar peristiwa geologi, tergerusnya permukaan tanah karena air hujan, namun ada kaitannya dengan mitos tersebut.
Beberapa warga Kambangan mengaku melihat langsung ular naga berdiam di bukit, beberapa hari sebelum terjadinya bencana longsor. Warga menyebutkan kepala ular tersebut berada di atas bukit, dan ekornya menjulur hingga ke masjid di dukuh tersebut, Jarak antara bukit dengan masjid ada ratusan meter.
Mitos yang diungkapkan warga di sana itu tak hanya berkembang di kalangan masyarakat Dukuh Kambangan. Namun mitos itu juga menyebar di kalangan masyarakat Kudus. Bahkan, mitos ular naga tersebut menyebar melalui jejaring sosial, yang kerap meng-update informasi tentang bencana banjir dan longsor yang terjadi di Kabupaten Kudus pada Januari 2014 ini.
Sebagian masyarakat mengobrolkan mitos itu di jejaring sosial. Ada yang secara serius membahas tentang ular naga tersebut, sebagian ada yang menganggap hal itu sebagai mitos belaka. Bahkan ada sebagian pengguna jejaring sosial menganggap mitos itu sebagai lelucon, dan membuat informasi ular naga tersebut sebagai bahan bercandaan.
Masyarakat tentu tidak boleh bisa disalahkan hanya karena mempercayai mitos tersebut. Memang masyarakat Kudus yang merupakan bagian dari masyarakat dengan kultur Jawa, tidak bisa dilepas dari hal-hal mitos seperti itu. Masyarakat boleh percaya, juga boleh tidak percaya. Yang terpenting, menjadikan bencana longsor dan banjir ini sebagai pelajaran. Khususnya bagi Pemerintah Kabupaten Kudus, untuk menyiapkan rencana jangka panjang agar bencana ini tidak terjadi, atau minimal bisa mengantisipasinya agar tidak jatuh korban. (Suwoko)