BETANEWS.ID, PATI – Suasana panas buntut penyitaan donasi untuk aksi demo penolakan kenaikan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang sempat berujung ricuh, akhirnya mendapat respons langsung dari orang nomor satu di Kabupaten Pati. Bupati Sudewo buka suara untuk menyikapi situasi itu dengan menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat.
Dalam pernyataannya, Sudewo mengakui insiden tersebut memang menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat. Ia pun menegaskan, tidak ada niatan sedikit pun untuk merampas hasil donasi warga yang digalang oleh Aliansi Masyarakat Pati Bersatu.
Baca Juga: Antisipasi Beras Oplosan, BRMP Lingtan Turun Langsung Sidak Pasar di Pati
“Warga Kabupaten Pati yang saya hormati dan saya banggakan, saya ingin menyampaikan, pertama minta maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian kericuhan kemarin. Kemarin itu hanya ingin memindahkan saja tidak ingin merampas,” ujar Sudewo, Kamis (7/8/2025).
Sudewo menjelaskan, penggalangan donasi tidak pernah dilarang oleh pihaknya. Ia mengklaim bahwa langkah petugas Satpol PP hanya bertujuan untuk mengamankan lokasi karena berdekatan dengan rute dan lokasi kegiatan Hari Jadi Kabupaten Pati ke-702 serta HUT RI ke-80.
“Kami juga tidak melarang atau mengganggu penggalangan dana, sama sekali tidak. Hanya ingin memindahkan supaya di tempat tersebut tidak mengganggu lintasan kirab boyongan Hari Jadi Kabupaten Pati dan tidak mengganggu acara-acara Peringatan 17 Agustus,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, ketegangan memuncak di kawasan Alun-alun Pati pada Selasa (5/8/2025). Hal ini setelah Plt Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Pati Riyoso, memerintahkan pembubaran Posko Penggalangan Donasi untuk demo tolak kenaikan PBB-P2. Keputusan itu langsung menyulut kemarahan warga.
Tak hanya dibubarkan, hasil donasi berupa air mineral yang dikumpulkan oleh warga juga diangkut secara paksa oleh petugas Satpol PP. Tindakan ini langsung mendapat penolakan keras dari Aliansi Masyarakat Pati Bersatu.
“Kami sudah memberi surat pemberitahuan aksi penggalangan donasi untuk demo 13 Agustus. Surat sudah kami kirimkan ke Pak Kapolresta dan Pak Bupati Pati,” ujar Supriyono, perwakilan warga.
Menurut Supriyono, kericuhan bermula saat petugas mengangkut paksa air mineral dari lokasi posko. Aksi itu membuat warga naik pitam. Ia bahkan sempat naik ke atas mobil pikap Satpol PP untuk mengambil kembali dus-dus air mineral yang telah dinaikkan.
“Kita bukan orang hukum, ya. Kita sebagai masyarakat. Intinya tindakan tersebut arogan lah, semena-mena. Karena ini sumbangan dari masyarakat Pati, amanah untuk kita untuk konsumsi demo 13 Agustus,” tegasnya.
Meski telah diancam untuk dibubarkan, Supriyono menegaskan, bahwa mereka tak akan mundur sejengkal pun. Posko akan tetap berdiri hingga 12 Agustus mendatang. Ia bahkan menyebut tindakan pembubaran hanya akan menjadi pemantik semangat perjuangan.
Baca Juga: Bupati Sudewo Persilakan Warga Demo: ‘Silakan, yang Penting Tertib, Tidak Anarkis’
“Ini malah tambah semangat. Tambah semangat, terus berjuang,” ucapnya.
Usai insiden tersebut, puluhan warga bergerak menuju kantor Satpol PP Kabupaten Pati. Mereka menuntut agar barang donasi yang telah disita segera dikembalikan.
Editor: Haikal Rosyada

