BETANEWS.ID, KUDUS – Fosil gajah purba yang ditemukan warga Desa Terban, Kecamatan Jekulo, tahun lalu, kini ditindaklanjuti dengan kegiatan ekskavasi dan penelitian.
Hasil fosil temuan tersebut merupakan spesies Elephas (salah satu gajah purba yang hidup ratusan ribu tahun lalu) mulai digali kembali oleh tim Center for Prehistory and Austronesian Studies (CPAS) yang bekerjasama dengan BRIN, Universitas Indonesia, Museum Sangiran, dan Yayasan Karma Bakti Lestari.
Baca Juga: Biaya Wisuda SDIT Al Islamiyyah Kudus Dikeluhkan Mahal, Begini Tanggapan Sekolah
Ekskavasi dimulai 11 Juni hingga 24 Juni 2025 mendatang. Ketua CPAS, Prof. Dr. Harry Truman Simanjuntak mengatakan, temuan fosil itu merupakan temuan langka karena tubuh gajah purba masih dalam kondisi relatif utuh.
“Ini fosil Elephas, ditemukan tahun lalu namun belum sempat ditindaklanjuti karena keterbatasan waktu. Kini kami kembali untuk meneliti, mengonservasi, dan memasyarakatkan temuan ini. Spesies ini hidup berdampingan dengan Stegodon trigonocephalus di situs yang sama, mereka berbagi kehidupan di kawasan Patiayam ini,” katanya.
Arkeolog atau pakar prasejarah senior itu menuturkan, berdasarkan posisi dan karakteristik temuan, Elephas yang ditemukan diperkirakan berusia antara 400.000 hingga 500.000 tahun. Penelitian ini bukan hanya soal menggali fosil, tetapi juga untuk menjaga warisan prasejarah agar tidak rusak dan bisa digunakan untuk kepentingan ilmiah serta edukasi publik.
“Patiayam punya kekayaan tinggalan purba yang luar biasa. kami ingin menggali nilai-nilai sejarah yang penting untuk bangsa. Ini pondasi kebangsaan kita,” ungkapnya.
Kepala Desa Terban, Supeno menyampaikan, temuan tersebut bermula dari warga dan dilaporkan Museum Situs Purbakala Patiayam. Ia mengapresiasi perhatian berbagai pihak terhadap pelestarian warisan purba di wilayahnya.
Baca Juga: Festival Ekraf 2025 Siap Gairahkan Kudus, Tampilkan Inovasi Kreatif dan Budaya Lokal
“Ini tahun kedua tindak lanjutnya. Alhamdulillah, warga selalu melapor jika ada temuan. Setahu saya, ke depan akan dibangun gardu pandang agar masyarakat bisa ikut merasakan manfaatnya,” jelasnya.
Ia menambahkan, kawasan Patiayam memang dikenal sebagai ladang temuan fosil purba, baik dari hewan darat maupun laut. Kerjasama antara masyarakat, pemerintah desa, dan para ahli dinilai penting agar kekayaan sejarah tersebut dapat dilestarikan dan dimanfaatkan.
Editor: Haikal Rosyada