BETANEWS.ID, PATI – Di sebuah sudut sunyi Desa Sarimulyo, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati, berdiri sebuah rumah sederhana berdinding gedek, anyaman bambu yang lapuk dimakan waktu.
Dari luar, tak tampak istimewa. Tapi di dalamnya, hidup satu jiwa tua yang mengandalkan kasih tetangga untuk sekadar bertahan: Mbah Jemi, 81 tahun, sendirian menghadapi dunia.
Baca Juga: Dari Pesantren ke Pasar Nusantara, Lutfi Menyeduh Asa Lewat Kopi Lereng Muria
Tak ada pelukan anak di pagi hari. Tak ada suara cucu yang riuh. Yang ada hanya detak waktu dan kursi panjang bambu tempat ia memejamkan mata setiap malam.
Suasana rumah ini sunyi. Bukan sunyi biasa, tapi sunyi yang menusuk. Setiap sudut menyimpan cerita keheningan dan ketegaran seorang perempuan tua yang bertahan bukan karena mampu, tapi karena tak ada pilihan lain.
Sejak adik kandungnya meninggal, Mbah Jemi menjalani hari-hari dengan sunyi, tak tersisa anggota keluarga yang menemani. Anaknya? Sudah puluhan tahun merantau, tak pernah kembali, bahkan sekadar kabar pun tiada.
Mbah Jemi kini hidup dengan kondisi tubuh yang melemah, sering sakit, dan tak sanggup lagi mengurus dirinya sendiri. Ia tidak punya dapur yang layak, tidak pula kamar mandi yang aman untuk lanjut usia.
Bahkan, tempat tidur pun awalnya tak ada. Ia tidur di lincak, kursi bambu yang keras. Hingga suatu hari, seorang dermawan memberinya kasur tipis, sebuah bentuk kepedulian yang membuatnya bisa sedikit lebih nyaman beristirahat.
“Pernah ada bantuan renovasi dari pihak swasta, tapi tetap saja belum cukup. Sekarang ya kami tetangga-tetangganya yang gantian ngasih makan, bantu bersihin rumah,” kata Syaifudin, tetangga Mbah Jemi, saat ditemui di depan rumah berdinding gedek itu.
Rumah itu memang tak layak huni. Tak jarang bocor saat hujan, dan terlalu dingin saat malam. Namun, di sanalah Mbah Jemi menghabiskan sisa usianya.
Dengan doa yang lirih, ia berharap anaknya suatu hari pulang. Harapan yang perlahan mulai pudar, tapi tak pernah benar-benar hilang.
Baca Juga: Terpapar Covid-19 Antarkan Solik Sukses Jadi Produsen Beras Mentik Wangi di Kudus
Mbah Jemi adalah cermin nyata bagaimana kemiskinan masih membungkus banyak lansia di pelosok negeri. Ia bukan hanya kekurangan materi, tapi juga kasih dan perhatian yang sejatinya menjadi hak dasar manusia, terutama di masa tua
“Ya harapannya pemerintah bisa turun tangan untuk memberikan bantuan kepada Mbah Jemi, ” harap Syaifuddin.
Editor: Haikal Rosyada