BETANEWS.ID, KUDUS – Beberapa tahun terakhir pasar tradisional di Kabupaten Kudus sepi pengunjung. Hal tersebut berdampak pada pendapatan retribusi daerag yang tak tercapai target karena banyak pedagang yang menunggak sewa kios maupun los.
Terkait hal tersebut Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kudus, Masan menyampaikan, situasi pasar tradisional saat ini memang agak lesu. Hal tersebut dikarenakan maraknya penjualan online.
Baca Juga: Pemutihan Pajak di Jepara Raup Rp3,8 M dalam Sepekan
“Saat ini banyak masyarakat, termasuk Kudus yang lebih memilih berbelanja online, karena berbagai macam kemudahannya. Dampaknya pasar menjadi sepi,” ujar Masan di ruang kerjanya belum lama ini.
Oleh karenanya, lanjut pria yang juga ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Kudus tersebut mendorong agar pemerintah kabupaten memberikan pelatihan berjualan online kepada masyarakat, wabil khusus para pedagang di pasar tradisional.
“Misal pedagang Pasar Kliwon kita kasih pelatihan trik-trik atau ilmu terkait berjualan online. Tujuannya, supaya selain berjualan di kios pasar, mereka juga memasarkan aneka dagangannya melalui media daring,” bebernya.
Masan memberi contoh, di Pasar Tanah Abang Jakarta yang merupakan pusat grosir terbesar di Asia Tenggara, saat ini para pedagangnya juga merambah ke penjualan online. Selain berjualan di kios, mereka juga live streaming di media online atau marketplace tertentu untuk menawarkan dagangannya.
“Nah cara-cara tersebut bisa kita adopsi untuk para pedagang tradisional di Kabupaten Kudus. Tentunya harus ada pembekalan ilmunya, agar para pedagang di Kudus tetap bisa bertahan dan bersaing di tengah perkembangan zaman dan teknologi,” sebutnya.
Selain pelatihan, Masan juga mendorong agar Pemkab Kudus menyediakan akses internet dengan kecepatan yang memadai di pasar tradisional. Agar para pedagang ketika melakukan live streaming penjualan tak perlu lagi berfikir lagi terkait sinyal internet atau pun tagihan pembayarannya.
“Jadi Pemkab Kudus nanti yang menyediakan akses internet yang memadai, tentunya gratis. Ketika para pedagang secara skil sudah mampu untuk berjualan online, faktor penunjangnya yakni tempat, internet kita fasilitasi, saya rasa akan bisa berjalan dengan baik. Kalaupun nanti pasar tetap sepi tapi omset penjualan tetap banyak, karena penjualan onlinenya juga jalan,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, ratusan kios di Pasar Kliwon Kudus tutup dikarenakan sepi pengunjung. Kios-kios yang tutup tersebut terdapat tulisan disewakan atau dijual.
Baca Juga: Bisa Tanpa Agunan, Target Penyaluran KUR Bank Jateng Kudus Tahun 2025 Sebesar Rp12 M
Koordinator Pasar Kliwon Kudus, Teguh Adi Santoso mengatakan, sepinya pengunjung di Pasar Kliwon Kudus sudah terjadi sejak setahun yang lalu. Sepinya Pasar Kliwon Kudus disinyalir karena banyak masyarakat yang lebih memilih berbelanja melalui online.
“Akibatnya kios di Pasar Kliwon Kudus pun banyak yang tutup. Bahkan ketika jelang Ramadhan dan lebaran jumlah pengunjung tak ada kenaikan yang signifikan,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Editor: Haikal Rosyada