31 C
Kudus
Kamis, April 24, 2025

Uang Recehan Dibatasi, Penyedia Jasa Penukaran Uang di Kudus Masih Sepi

BETANEWS.ID, KUDUS – Memasuki pertengahan Ramadan, para penyedia jasa penukaran uang baru biasanya sudah membludak di sekitaran Jalan Sunan Kudus. Namun, tahun ini tidak begitu terlihat, hanya ada tiga lapak jasa penukaran uang saja

Suwarno (61), seorang penyedia jasa penukaran uang asal Pedurungan, Semarang, mengaku tahun ini mengalami kesulitan mendapatkan uang recehan baru dari bank untuk usaha penukaran uang yang ditujukan kepada masyarakat Kudus.

Baca Juga: Pacu Kuantitas Ekspor, Gubernur Jateng Upayakan Revitalisasi Pelabuhan Tanjung Emas

-Advertisement-

“Sekarang ini kita kesulitan mencari uang recehan baru. Karena bank saat ini juga belum ada yang membuka jasa penukaran. Hanya Bank Indonesia (BI) saja yang sudah membuka,” bebernya.

Keterbatasan stok uang baru di perbankan, kata dia, menjadi salah satu kendala utama. Biasanya, bank-bank kecil pertengahan Ramadan sudah mulai membuka layanan penukaran uang. Tetapi saat ini hanya Bank Indonesia (BI) yang menyediakan, itu pun melalui sistem aplikasi dengan kuota terbatas.

“Hanya BI yang ada, pakai mobil pintar. Kita daftar lewat aplikasi, tapi ya itu kendalanya habis terus. Jadi tidak mendapatkan kuotanya,” katanya.

Sehingga saat ini pihaknya mengandalkan pengepul atau bangkel milik orang yang mempunyai stok uang banyak. Lantaran dicari sulit, membuat jasa penukaran uang saat ini dianggap mahal.

“Dapatnya dari pengepul saja, sekarang sudah membayar 10 persen. Jadi untuk mendistribusikan uang ini otomatis menjadi lebih mahal lagi. Saat ini saya patok dengan 15 persen. Misalnya uang Rp100 ribu, warga harus membayar Rp15 ribu sebagai jasanya.

Baca Juga: Laba Ditarget Rp6,7 M, PDAM Kudus Minta Opsi Kenaikan Tarif di 2025

Ia mengaku, menjadi seorang penyedia uang terutama di Kabupaten Kudus sudah 15 tahun ini. Menurutnya, alasan dia memilih Kudus sebagai penyedia jasa penukaran uang karena ia menganggap Kudus lebih aman. Keduanya, Kudus saat lebaran ada tradisi wisit atau memberi saku saudara masih berlaku.

“Kalau di Semarang itu kan tidak seperti ini. Bahkan tidak ada tradisi wisit seperti di sini. Saat ini sebenarnya yang paling banyak dicari adalah uang pecahan Rp10 ribu, tapi stoknya tidak ada dan sulit dicari,” imbuhnya.

Editor: Haikal Rosyada

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER