BETANEWS.ID, KUDUS – Berawal dari keprihatinan terhadap limbah kulit nanas yang terbuang sia-sia, sebuah inovasi unik lahir dari tangan Rubiyanti. Produk teh berbahan kulit nanasĀ dengan merek Tekun itu bahkan sudah menembus pasar mancanegara, termasuk Eropa dan Libya.
Rubiyanti menceritakan, ide itu muncul dari pengalaman pribadi. Suaminya yang merupakan penggemar nanas, sempat didiagnosis batu ginjal. Berupaya mencari solusi alami, ia mencoba merebus kulit nanas dan menemukan manfaat kesehatan dari kandungan bromelin di dalamnya.
āAwalnya hanya untuk kesehatan keluarga sendiri. Ternyata, setelah dicoba banyak orang, banyak yang tertarik,ā ujarnya, belum lama ini.
Baca juga: Untung Menggiurkan dari Bisnis Minuman Sari Kulit Nanas
Menurutnya, Produk tekun sudah diteliti Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan hasil menjanjikan. Teh kulit nanas mengandung karbohidrat tinggi, tidak terdeteksi lemak, serta membantu melancarkan pencernaan.
Produk Tekun memiliki tiga varian rasa, yaitu orisinal, lemongrass (sereh), dan cinnamon (kayu manis). Varian lemongrass menjadi favorit karena aroma segar dari sereh dan lemon yang khas. Saat ini, harga per pack berisi 12 sachet dibanderol Rp22 ribu.
Meski kini pasarnya cukup menjanjikan, perjalanan membangun Tekun tidaklah mudah. Bahkan dia sempat dikatakan gila karena memproduksi sebuah produk dari limbah nanas tersebut.
āDulu saya sering diketawain, dikira gila. Tapi saya terus menggali ide dan eksekusi,ā kenangnya.
Baca juga: Ide Kreatif Yanti Manfaatkan Limbah Kulit Nanas jadi Sirop Kini Datangkan Banyak Cuan
Dalam dua hingga tiga tahun, Tekun berhasil membuktikan diri. Sejak 2023 hingga sekarang, produksi sudah mencapai 500-600 pack per bulan, dengan permintaan terus meningkat dari berbagai hotel dan restoran, baik di dalam maupun luar negeri.
Sebagai satu-satunya produsen teh kulit nanas di Indonesia, Tekun tidak hanya menawarkan minuman sehat, tetapi juga berkontribusi dalam mengurangi limbah pangan. Ke depan, Yanti berharap bisa memperluas pasar dan meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan global.
Editor: Ahmad Muhlisin