BETANEWS.ID, KUDUS – Penjabat (Pj) Bupati Kudus Herda Helmijaya turun langsung meninjau wilayah yang terdampak banjir, Jumat (7/2/2025). Salah satu tujuannya adalah Desa Golantepus, Kecamatan Mejobo.
Kecamatan Mejobo jadi wilayah yang paling terdampak banjir karena seluruh desa kebanjiran dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter.
Herda menyampaikan, terkait bencana banjir memang masih banyak hal yang harus diperbaiki, baik yang menjadi kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) maupun yang jadi kewenangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus.
Baca juga: Banjir Rendam Ribuan Rumah di Mejobo Kudus, Warga Butuh Bantuan Logistik
“Kami percaya, di balik musibah pasti ada hikmah yang bisa kita petik. Artinya, setelah musibah ini, kita berharap bisa punya peta aliran-aliran sungai yang mengakibatkan banjir,” ujar Herda.
Dari hasil pemetaan tersebut, kata dia, bisa ditentukan sungai mana yang harus dilakukan perbaikan terlebih dulu. Sebab, ini ada kaitannya dengan kebijakan fiskal.
“Sembari tetap harus bekerja sama atau berkoordinasi dengan BBWS selaku pemilik kewenangan,” bebernya.
Langkah terdekat penanganan banjir yang akan dilakukan, tuturnya, mengidentifikasi tanggul sungai yang rawan dan butuh peninggian, sembari melihat kondisi saluran sungai.
“Untuk peninggian tanggul kita punya bahan., yakni disposal (pembuangan) tanah dari pengerukan Sungai Wulan,” sebutnya.
Baca juga: Banjir Lumpuhkan Jalan Alternatif Kudus-Pati, Beberapa Truk Mogok
Camat Mejobo, Moch Zaenuri, menambahkan, banjir kali lebih besar dari sebelumnya. Dari total 11 desa yang ada, semuanya terdampak dengan ketinggian air berkisar antara 20 sentimeter hingga 1,5 meter.
“Penyebab banjir masih sama yakni curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan Sungai Piji, Sungai Dawe, dan Sungai Pendo semua melimpas,” ujar Zaenuri.
Sedangkan untuk warga yang terdampak banjir, kata dia, data yang masuk dari delapan desa kurang lebih ada 10 ribu kepala keluarga (KK), serta 29.794 jiwa di delapan desa. Semalam sudah ada yang mengungsi 11 jiwa warga Desa Jepang.
“Tapi ini sudah pulang lagi ke rumahnya karena sudah surut. Kami juga dirikan dua dapur umum, yakni di Desa Golantepus dan Desa Gulang,” imbuhnya.
Editor: Ahmad Muhlisin