BETANEWS.ID, KUDUS – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus menggelar pelatihan pembuatan boneka lilit berbahan limbah, sebagai bagian dari upaya pengembangan zona kreatif di Kudus. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kreativitas masyarakat serta mendorong pemanfaatan limbah menjadi produk bernilai jual tinggi.
“Pelatihan ini merupakan salah satu cara kami untuk melatih kreativitas warga. Kudus memiliki zona kreatif yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, termasuk pelatihan boneka lilit dari limbah,” beber Pelaksana Tugas (Plt) Kabid Pariwisata Disbudpar Kudus, Esti Aristiana Sukmawati, Sabtu (15/2/2025).
Baca Juga: Petani Kudus Semringah Presiden Prabowo Buat Kebijakan Gabah Dibeli Bulog
Ia menjelaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari empat sesi pelatihan yang dijadwalkan di tahun ini, dengan tema berbeda-beda dan diisi oleh pelaku ekonomi kreatif di Kudus. Untuk sesi pertama ini, pelatihan diisi oleh komunitas Kreasi Desa Jurang yang dikenal dengan produksi berbagai merchandise, termasuk boneka lilit.
“Alhamdulillah, ini pelatihan perdana dan mendapat respons yang cukup bagus dari sejumlah peserta,” ungkapnya.
Perajin boneka lilit, Edy Purwanto mengaku, pembuatan boneka lilit ini awalnya berkembang saat mereka secara tak sengaja mewakili Disbudpar Kudus dalam acara Borobudur Art. Produk ini kemudian diklaim sebagai karya asli Kudus yang unik, karena dibuat dari limbah kertas rokok (papir), yang selama ini belum dimanfaatkan secara luas.
“Jadi kita bisa mengklaim, bahwa produk ini satu-satunya di Indonesia, bahkan dunia. Bahan baku biasanya kami dapatkan dari limbah kertas pabrik yang sudah kedaluwarsa atau dari loakan. Setelah itu, kertas dililit hingga menjadi sebuah produk,” jelasnya.
Selain kertas, berbagai jenis limbah lain juga bisa dimanfaatkan, seperti plastik atau ranting pohon, untuk menghasilkan karya yang unik dan bernilai ekonomis. Bahkan, produk ini telah menembus pasar internasional.
Baca Juga: Cuaca Ekstrem Jadi Faktor Produksi Kopi di Colo Kudus Turun Drastis
“Saya pernah mengirim boneka lilit ke Jepang dan beberapa negara lainnya. Harga produk bervariasi, mulai dari Rp5.000 untuk gantungan kunci, hingga ratusan ribu rupiah tergantung tingkat kesulitan dan cerita maupun filosofi yang diangkat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia berharap pelatihan ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk terus berkreasi dan melihat limbah sebagai peluang usaha. “Dengan keterampilan melilit yang benar, limbah bisa menjadi berkah dan bahkan menghasilkan pundi-pundi cuan,” jelasnya.
Editor: Haikal Rosyada