BETANEWS.ID, KUDUS –Mahakarya seni yang dibuat oleh Chamdani (43) di sebuah rumah Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kudus adalah karya yang belum pernah dibuat oleh pengukir lainnya.
Karya yang dibuatnya berdimensi panjang 18 meter, tinggi 3 meter, dan lebar 150 centimeter. Tampak karya yang dinamakan relief nusantara itu dibuat secara detail, berisi ragam budaya dari 38 provinsi di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
Baca Juga: PAD Dishub Kudus 2024 Tercapai Rp2,6 Miliar, Parkir Penyumbang Terbesar
Saat ditemui, pria yang akrab disapa Sinyo itu mengaku, pembuatan karya relief nusantara itu ingin menggambarkan bagaimana keberagaman Indonesia diletakkan dalam satu karya.
“Jadi ini menggambarkan setiap provinsi, ada rumah adat, pakaian adat masing-masing provinsi, aktivitas, dan tugu peninggalan. Misal Kalimantan ada burung khas sana, aktivitas, dan ada orang Dayak yang memakai pakaian khasnya,” bebernya saat ditemui di gudang produksinya.
Ia menjelaskan, alasan utama dalam pembuatan ukiran relief tersebut, dia ingin menciptakan sebuah karya yang belum pernah ada sebelumnya. Movitasi itu muncul, adanya relief China yang dibuat dengan panjang 12 meter dan dikerjakan selama kurang lebih 10 tahun.
“Kalau ini nanti target saya, sekitar 6 tahun harus jadi. Untuk proses pengerjaan baru berjalan empat tahun, dan ini sudah mencapai 60 persen. Tinggal menambah bagian yang belum diukir dan proses finishing,” jelasnya.
“Saya melihat ukiran Thionghoa yang sangat besar, berisi ragam aktivitas khas China, dan saya ingin membuat relief nusantara, tapi dimensinya lebih besar,” terang bapak dari dua anak tersebut.
Hingga kini, modal yang sudah dikeluarkan Sinyo dalam ukiran itu mencapai Rp1 miliar lebih. Mengingat bahan baku dengan harga yang terbilang mahal karena menggunakan kayu jati erosi tua, bahkan sebagian bahan bakunya ada yang sudah fosil.
“Lalu setiap harinya dalam pengerjaan ini juga membayar karyawan. Ini saya dibantu tujuh orang pemahat, khusus untuk membuat karya ini. Jadi sepanjang 18 meter saya tambahkan rute jalan kecil di tiap provinsi dari Sabang sampai Merauke,” ujarnya.
Baca Juga: Burjo dan Biliar Depan SPBU Peganjaran Tertimpa Pohon Tumbang, Kerugian Ditaksir Rp70 Juta
Ia menambahkan, dalam karya yang dibuatnya itu ukiran dipahat sedikit demi sedikit tanpa sambungan. Bahkan pihaknya memperbolehkan kalau memang tidak percaya bisa mengecek dengan dipahat sendiri.
“Bisa dicek dengan pahat sendiri. Ini memang dari kayu asli tanpa sambungan. Beda lagi kalau dalam proses pengerjaan ada yang patah itu memang dilem,” imbuhnya.
Editor: Haikal Rosyada