BETANEWS.ID, KUDUS – Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kabupaten Kudus bakal memfasilitasi petani tembakau dengan alat rajang tembakau di tahun ini. Hal itu dilakukan untuk mendukung petani tembakau di Kota Kretek dalam meningkatkan produktivitas hasil panennya.
Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan Perkebunan Dispertan Kudus, Agus Setiawan mengatakan, pihaknya akan merencanakan untuk mengusulkan pengadaan terkait fasilitasi alat rajang tembakau. Peruntukan alat rajang tersebut sesuai dengan petani yang sudah mencoba menanam tembakau sebelumnya.
Baca Juga: Jaga Kelestarian Muria, Komunitas Peka Kudus Tanam 280 Bibit Pohon
“Fasilitas itu rencananya tahun ini, ini baru kita usulkan. Nanti masalah direalisasi atau tidak tergantung pimpinan. Jadi kita usulkan agar mendapatkan fasilitasi, di samping fasilitas bibit tembakau, nanti ada fasilitas alat perajang juga,” bebernya saat ditemui di ruang kerjanya, belum lama ini.
Ia menjelaskan, fokus selain tanaman pangan, Dispertan Kudus juga menyadari bahwa Kudus sudah lama menjadi icon salah satu penghasil rokok, di mana notabene bahan bakunya dari tembakau. Untuk itu, pihaknya berniat akan mengembangkan tanaman tembakau di Kudus.
“Kenapa tidak, kita mengembangkan tanaman tembakau, secara kondisi masyarakat siap dan ternyata juga bisa. Mudah-mudahan kedepan Kudus di kawasan tertentu menjadi sentra tembakau,” ujarnya.
Terlebih, kata Agus, hasil panen tembakau yang menjadi demplot di daerah Menawan cukup memuaskan. Bahkan buyer yang membeli hasil panen tembakau di Menawan mengakui, bahwa tembakau di sana kualitasnya sangat bagus, dibandingkan daerah lain.
“Sehingga adanya fasilitasi alat rajang tembakau nanti, bisa untuk meningkatkan hasil panen tembakau petani. Tapi memang, petani harus menunggu lama untuk proses perajangan hingga siap dibeli,” katanya.
Baca Juga: Bea Cukai Kudus Musnahkan 22,1 Juta Batang Rokok Ilegal Senilai Rp30,4 M di 2024
Dia menambahkan, langkah perluasan tanam tembakau di Kudus akan dilakukan secara bertahap. Hal itu untuk mempertimbangkan daerah yang tidak semua bisa bagus untuk hasil panennya.
“Kami tidak berani terus membuka secara luas. Karena saya takut, nanti di semua tempat ditanam, hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi petani kan kasihan petani juga. Nanti malah menjadi bumerang. Artinya pengembangan menjadi gagal kan malah kacau, makanya kita betul-betul fokus yang notabene secara tipografis, habibat yang cocok itu yang kita dorong,” imbuhnya.
Editor: Haikal Rosyada