BETANEWS.ID, KUDUS – Seorang pria mengenakan kaus berwarna biru dongker tampak sibuk mengasah pisau di sebuah bengkel sederhana yang ada di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus. Dengan teliti, ia memeriksa satu per satu bilah yang siap masuk ke tahap finishing. Pria itu Ialah Rahmat, anak kedua dari pasangan Kunainah dan Jamirin, generasi kedua Pisau Staninless Sugiono yang sudah berdiri sejak 1972.
Selain Rahmat, tampak juga karyawan-karyawan lain yang tengan sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Ada yang memotong kayu dan besi sesuai bentuk pisau yang akan dibuat. Ada pula yang menempa besi untuk dijadikan bilah pisau.
Nama Pisau Stainless Sugiono diambil dari nama anak pertama Kunainah dan Jamirin, yakni Sugiono, yang lahir bersamaan dengan dimulainya usaha pisau itu.
Baca juga: Produk Lokal Naik Kelas, Pisau Asal Bareng Kudus Tembus Pasaran Mancanegara
“Usaha ini sudah ada sejak anak pertama kami lahir, jadi kami namakan Pisau Staninless Sugiono,” kata Kunainah (62), menceritakan asal-usul nama usaha keluarga mereka.
Ia juga menjelaskan, produk pisau tersebut tidak hanya dipasarkan di Kudus, karena sudah merambah kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Meskipun pemasaran tidak selalu stabil, Kunainah merasa sangat bersyukur karena usaha itulah yang menjadi tulang punggung keluarganya selama bertahun-tahun.
“Alhamdulillah, dari usaha ini saya bisa menunaikan haji, beli tanah, dan menyekolahkan anak-anak,” ujar Kunainah, beberapa waktu lalu.
Dalam sehari, produksi Pisau Stainless Sugiono bisa mencapai 20 kodi, dengan jenis produk yang beragam. Mulai dari pisau buah, pisau daging, hingga pisau serbaguna. Kualitas bagus pisau yang dihasilkan telah dikenal luas.
Baca juga: Kisah Andi, Perajin Pisau Andal yang Tak Sempat Menamatkan Sekolah Dasar
Namun, perjalanan bisnis itu tidak selalu mulus. Kunaiah mengaku, bahwa Pandemi Covid-19 hampir membuat usahanya gulung tikar. Selama dua tahun, pengiriman ke luar kota terhenti total akibat lockdown.
“Saya sampai harus meminjam ke saudara untuk modal dan kebutuhan sehari-hari. Niatnya mau pinjam bank, tapi tidak berani,” ungkapnya.
Setelah bertahan selama dua tahun menghadapi pandemi, Pisau Stainless Sugiono bisa bangkit kembali. Pesanan dari dalam dan luar kota pun kembali berdatangan.
“Alhamdulillah ini sudah lancar kembali. Tapi saya kan sudah tua, kesehatan juga menurun, jadi sekarang saya serahkan kepada Rahmat,” tambahnya.
Penulis: Prih Nur Fia Istiqomah, Mahasiswa Magang PBSI UMK
Editor: Ahmad Rosyidi