BETANEWS.ID, KUDUS – Suara pompa udara dan percikan api pembakaran tampak terlihat di belakang sebuah rumah di RT 4 RW 1 Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus. Di pembakaran tersebut, tampak parang yang berwarna bara diangkat oleh pria bertato dan kemudian dipukul beberapa kali pakai palu besar. Sesudah itu, parang tersebut dimasukannya kembali ke dalam bara. Pria bertato tersebut yakni bernama Siswandi (36) perajin aneka pisau.
Di sela aktivitasnya tersebut pria yang akrab disapa Andi itu sudi berbagi kisah tentang usahanya itu. Dia mengatakan, butuh waktu lama agar ia bisa jadi perajin pisau andal, serta bisa mandiri punya usaha sendiri. Ia bahkan terjun ke dunia pembuatan pisau sejak belia. Tepatnya setelah putus sekolah kelas empat sekolah dasar (SD).
Baca juga : Industri Pandai Besi yang Kian Ditinggalkan Generasi Muda
“Saya memang tidak lulus SD, kelas empat saya putus sekolah. Setelah tidak sekolah itu saya pun bekerja di tempat pembuatan pisau milik tetanggaku,” ujar Andi kepada betanews.id, Kamis (30/7/2020).
Pria yang sudah dikaruniai tiga anak itu mengatakan, awal bekerja itu ia dipekerjakan di bagian pompa udara manual di pembakaran baja bahan pisau. Di posisi itu ditekuni cukup lama, yakni lima tahun. Setelah itu mulai dilatih cara mukul baja bahan pisau yang sudah dibakar. Agar rata, halus dan terbentuk sesuai keinginan.
Di bagian tersebut, untuk bisa mahir, ia mengaku juga butuh waktu tahunan yakni sekitar tiga tahun, kemudian baru diajari mengikir. Di bagian pengikiran serta penyepuhan dilakoninya selama dua tahun. Kalau sudah mahir semua, berarti sudah handal bikin pisau atau gaman lainnya.
“Saya bekerja di tempat orang selama 20 tahun. Dari belia hingga sudah menikah. Dari nol sampai mahir dan andal membuat pisau,” ungkapnya sambil memukul besi bekas per mobil tersebut.
Dia menuturkan, setelah dua dasawarsa kerja ikut orang serta usai menikah ia pun mulai merintis usaha sendiri. Hal tersebut dilakukannya, karena ia ingin mandiri. Agar punya penghasilan lebih, serta ada suport dari para bakul pisau agar dirinya mendirikan usaha sendiri dan mereka akan senang hati memasarkan pisau hasil karya Andi.
Dia mengatakan, memproduksi pisau dapur dari bahan plat strip. Dalam sehari ia bisa memproduksi sekitar tujuh kodi atau 140 pcs pisau. Selain itu dia juga memproduksi aneka pisau berbahan per mobil.
Di antaranya, pisau besar pencacah tulang yang dijual Rp 100 ribu. Pisau bolang hewan ternak Rp 80 ribu. Pisau untuk memotong usus kerbau dan sapi Rp 50 ribu. Pisau untuk mencincang daging harganya Rp 100 ribu. Sedangkan parang untuk tebang tebu dibanderol Rp 90 ribu serta parang untuk tebang bambu dihargai Rp 80 ribu.
Baca juga : Tak Hanya Murah, Begel dan Cakar Ayam Buatan Umam Gunakan Besi Baru
“Berbeda dengan pisau dapur. Aneka gaman yang terbuat dari per mobil itu ada garansi. Dijamin tajam, kalau tumpul dan peloh bisa dikembalikan dan akan saya ganti,” jelasnya.
Andi mengaku bersyukur dengan keadaannya yang sekarang, meski tidak punya ijazah karena tidak sekolah, kini ia bisa punya usaha sendiri meski masih sekala rumahan. Sekarang ia juga punya dua karyawan yang membantu menyelesaikan pekerjaan pembuatan aneka pisau.
“Semoga usaha saya makin lancar dan berkembang agar bisa membuka lowongan pekerjaan untuk banyak orang,” ungkapnya.
Editor : Kholistiono