BETANEWS.ID, KUDUS – Erna Susanti (46) tampak sibuk menganyam eceng gondok menjadi sebuah karya di rumahnya, Dukuh Kayuapu Kulon, Gang 19, Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Dengan cekatan, ia mengaitkan helai demi helai eceng gondok, membentuk sebuah tempat minum yang indah.
Sambil menganyam, perempuan yang akrab disapa Erna itu berbagi cerita tentang usaha yang diberi nama Alya Handy Craft itu. Sebelum mendirikan usaha tersebut, ia mengaku pernah bekerja sebagai kepala sales di sebuah perusahaan panci.
“Sebelum covid-19, saya bekerja sebagai sales panci. Waktu pandemi, saya tidak bekerja, lalu saat berkunjung ke rumah ibu, saya melihat banyak enceng gondok. Kebetulan suami punya keahlian dasar kerajinan, jadi kami coba membuat karya dari situ,” kata Erna, beberapa waktu lalu.
Bermodalkan keahlian komunikasi yang ia dapatkan dari pekerjaan sebelumnya, membuat Erna tidak sulit memperkenalkan produk anyaman enceng gondok ke teman-teman dan tetangganya.
Respons positif mulai muncul ketika seorang teman tertarik dengan kerajinannya dan memesan. Dari sana, permintaan mulai berdatangan, dan usaha Alya Handy Craft perlahan tumbuh.
Tak berselang lama, akhirnya usaha kerajinan itu resmi berdiri pada 2020. Meski sudah berjalan beberapa tahun, Erna mengaku masih menghadapi banyak tantangan, terutama dalam hal modal dan tenaga kerja.
“UKM seperti saya terkendala di modal dan sumber daya manusia. Kalau ada pesanan besar, modal untuk produksi kadang belum cukup, dan yang membantu juga hanya anak dan Bu Lek,” ujarnya.
Baca juga: Inovasi Jadi Kunci Alya Handy Craft Tak Pernah Sepi Orderan
Meski demikian, semangat Erna tak surut. Ia terus berusaha memperluas usahanya dengan mengikuti berbagai pelatihan dan sering menjadi juri serta narasumber di desanya.
“Alhamdulillah saya sering diundang jadi narasumber atau juri. Beberapa kali media juga meliput, membuat usaha saya semakin dikenal,” kata Erna.
Erna berharap, ke depan usahanya dapat terus bertumbuh. Selain itu, dirinya juga ingin terus berbagi ilmu dan menginspirasi lebih banyak pemuda untuk mengembangkan potensi dalam bidang kerajinan.
“Harapan saya, kerajinan ini bisa berkembang lebih besar dan dikenal lebih luas lagi,” harapnya.
Penulis: Chindy Saifani, Mahasiswa Magang PBSI UMK
Editor: Ahmad Rosyidi