BETANEWS.ID, KUDUS – Rumah Khalwat Balai Budaya Rejosari (RKBBR) Kabupaten Kudus kembali menggelar kegiatan Ngangsu Banyu, Sabtu (24/8/2024). Kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahun itu, kini mengangkat tema “Cerita dari Sungai”, dengan melibatkan anak-anak sebagai sarana untuk memperkenalkan dan memelihara air.
Hal itu karena air merupakan sumber kehidupan manusia yang wajib dipelihara dan dijaga sampai puluhan tahun kedepan.
Baca Juga: Catat Tanggalnya, RKBBR Akan Gelar Ngangsu Banyu dengan Tema Cerita dari Sungai
Ketua Panitia Ngangsu Bantu 2024, Irianto Gunawan menyampaikan, tahun ini kegiatan diselenggarakan lebih sederhana namun tidak meninggalkan esensi makna dari kegiatan Ngangsu Banyu. Jika di tahun-tahun sebelumnya diadakan untuk orang dewasa, namun kali ini ditujukan kepada anak-anak.
“Inti tujuannya adalah bagaimana mengangkat kepedulian anak-anak tentang keberadaan sungai. Nah (air) itu kan sangat vital sekali untuk kehidupan manusia,” bebernya di sela kegiatan, Sabtu (24/8/2024).
Dalam peserta itu, kata Irianto, ada beberapa sekolah yang mengikuti kegiatan kali ini. Mulai dari SD Rejosari, SD Kandangmas, SD Kanisius, SD Cahaya Nur, dan SMP Kanisius. Menariknya, kegiatan itu diramaikan dengan tampilan “Wayang Kali” yang dibawakan dalang wayang sungai yaitu Muhammad Hasan atau yang lebih dikenal Den Hasan.
“Nanti kita juga ada acara makan bersama dengan cara ‘muluk’. Hal itu dilakukan untuk mengingatkan budaya kita yang sejak dulu sebelum kenal dengan sendok,” jelasnya.
Pimpinan RKBBR, Ruswan Budi Sunaryo menambahkan, kegiatan itu mulai diadakan sejak 2018 lalu atau kini sudah digelar selama enam tahun. Ia mengingatkan pentingnya air sebagai sumber kehidupan manusia.
“Acara ini setiap tahun rutin diadakan, dengan tema khusus, mengangkat cerita dari sungai karena sungai itu tempat air mengalir. Sebagain besar, kita tidak bisa hidup tanpa air, sejak manusia ada selalu mendekat dengan air,” tuturnya.
Maka dari itu, lanjutnya, pihaknya ingin melestarikan hingga puluhan tahun kedepan, utamanya untuk generasi penerus seperti anak didik. Dengan berlangsungnya kegiatan itu, anak diharapkan bisa memelihara dan juga mengatur air.
“Mereka inilah yang diharapkan memelihara air, sungai. Air juga dimenag (atur) dan dipelihara. Tidak hanya mengandalkan dari Tuhan lewat hujan, tetapi juga mengatur dan memeliharanya,” ungkapnya.
Baca Juga: Padukan Teknik Sinematografi di Teater, Liang Langit Sukses Teror Ratusan Penonton di Kudus
Ia menambahkan, selain sebagai sumber kehidupan bagi manusia, sungai juga menjadi tempat perjumpaan atau tempat berkumpulnya masyarakat dan menjadi tempat sarana komunikasi yang bagus.
“Ngangsu berarti mengambil, sedangkan banyu adalah air. Sejak dulu sebelum ada keran, PAM, pompa air kan mengambil air dari mata air. Nah itu menjadi tempat perjumpaan (berkumpul) bersama-sama ngambil air. Di situ juga tidak hanya mengambil air, tapi juga bisa berinteraksi, bisa berbagi informasi, berkabar. Selain pasar, sungai juga menjadi tempat komunikasi,” imbuhnya.
Editor: Haikal Rosyada